Pages

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Wednesday, May 25, 2016



Evolusi: Sebuah Teori, Bukan Sebuah Mitos,
Relevan dengan Ilmu Agama
Oleh
Meike Tiya Kusuma

            Bagaimana Pemahaman Teori Evolusi Selama Ini?
Bermula dari pertanyaan tersebut, dapat diketahui bahwa selama ini telah terjadi kesenjangan pemikiran dan pemahaman mengenai teori evolusi. Kebenarannya masih menjadi sebuah pembahasan yang belum menemukan sebuah titik temu. Berbagai perdebatan masih banyak terjadi di kalangan evolusionis (pendukung) ataupun kreasionisme (penentang), dua arus yang mendominasi terkait asal usul makhluk hidup. Bahkan dalam buku The Natural History Museum (2008) disebutkan bahwa dari awal kemunculan teori evolusi Darwin telah memunculkan polemik dari berbagai kalangan  naturalis  (ilmuwan), akademisi maupun agamawan. Sehingga tidak heran jika teori evolusi sampai saat ini pun masih menjadi topik yang menarik untuk dibahas. Selama ini banyak pendapat yang menyatakan bahwa evolusi dan agama itu bertentangan, tidak sejalan bahkan tidak dapat disatukan.

            Apa itu Evolusi?
Evolusi adalah suatu proses perubahan makhluk hidup secara bertahap dan membutuhkan waktu yang lama dari bentuk yang sederhana, menjadi bentuk yang lebih kompleks. Evolusi ini terjadi dari satu generasi ke generasi. Diperlukan waktu jutaan tahun agar perubahan tersebut nampak lebih jelas (Campbell, 2008). Evolusi ini berkaitan erat sekali dengan ilmu genetika karena pada dasarnya, gen yang merupakan sekuens DNA pengkode sifat tertentulah yang menjadi dasar adanya evolusi. Berbagai macam teori evolusi yang dicetuskan oleh berbagai tokoh, akan menjadi dasar pemikiran tentang evolusi selanjutnya. Menurut Luthfi (2005) dalam jurnalnya menyebutkan:
“Evolusi adalah konsep terpenting dalam biologi. Bahkan, seorang ahli genetika, Dobzhansky (1973), mengatakan bahwa tidak ada yang masuk akal dalam biologi kecuali ditinjau dari sudut pandang evolusi. Teori evolusi menjelaskan mengapa jutaan spesies dapat eksis. Prinsip ini mempersatukan keseluruhan sejarah kehidupan. Secara ringkas evolusi menyatakan bahwa keanekaragaman bentuk kehidupan muncul sebagai hasil perubahan susunan genetiknya. Organisme-organisme modern merupakan keturunan dari bentuk-bentuk kehidupan sebelumnya yang mengalami modifikasi. Studi evolusi biologi memerlukan banyak pemahaman mengenai genetika, biokimia, embriologi, biogeografi, geologi, biologi, paleontologi, biologi molekuler, dan lain sebagainya.”

Berdasarkan pendapat tersebut dapat diketahui bahwa teori evolusi merupakan konsep penting dalam ilmu biologi. Hal ini dikarenakan teori evolusi ini berhubungan erat dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam makhluk hidup, sehingga teori evolusi dapat dijadikan dasar untuk mengetahui perkembangan makhluk hidup. Teori evolusi ini juga berkaitan dengan banyak ilmu lain seperti embriologi, biologi molekuler, genetika, geologi dan lain-lain sepeti yang telah disebutkan sebelumnya.

Kontroversi Antara Teori Evolusi dan Agama
Selama ini evolusi dianggap bertentangan dengan ilmu agama terutama agama Islam yang berpedoman pada Al-Qur’an. Akan tetapi, dalam menyikapi teori evolusi tidak semua tokoh-tokoh Islam menolak dan mendukung teori evolusi sepenuhnya. Sebagaimana yang telah dijelaskan Arifien (2010) dalam bukunya bahwa setiap muslirn wajib mempercayai segala sesuatu yang terdapat di dalam Al-Qur'an. Namun demikian, tidak dapat memaksa orang lain untuk membenarkan atau menolak suatu teori ilmiah berdasar Al-Qur’an. Apabila hal ini dilakukan, konsekuensinya seseorang akan menerima atau menolak suatu teori ilmiah sebagai bagian dari suatu aqidah Al-Quran. Hal tersebut juga terjadi pada teori evolusi, dimana sebagian ilmuwan muslim mengingkari teori evolusi dengan beberapa ayat Al-Qur’an dan sebagian lagi membenarkan dengan ayat Al-Qur’an.
Para tokoh Islam mempunyai dasar sendiri yang dijadikan sebagai pedoman untuk mendukung argumentasinya. Sebagaimana contoh yang dikemukakan Khadafi (2008), tokoh Islam moderat diwakili oleh Abbas Mahmud Al-Aqqad yang menyatakan bahwa teori belum dapat dipastikan kebenarannya karena pendukung teori tersebut belum dapat menyebutkan satu binatang yang mengalami evolusi dari jenis yang satu ke jenis yang lain. Akan tetapi, teori evolusi juga dikatakan mutlak salah, sebab penciptaan manusia dari tanah tidak mengingkari terjadinya evolusi dari tanah bukan menjadi tanah.
Kontroversi yang terjadi pada umat Islam menurut Arifien (2010) sebenarnya adalah kontroversi dalam menafsirkan Al-Qur’an. Dalam menafsirkan Al-Qur’an sebagai kalamullah  yang memiliki aspek lahiriyah dan batiniyah sekaligus, maka kita harus mampu membebaskan diri dari dimensi waktu dan ruang. Sebagai konsekuensi dari hal tersebut, Al-Qur’an memiliki makna yang tidak satu. Tetapi, bagaimanapun beragamnya penafsiran Al-Qur’an yang disajikan, maka kita harus mampu menempatkan sifat-sifat Ilahiyah ke posisi yang paling tinggi dan universal. Oleh karena itu, penafsiran suatu ayat bisa ditempatkan pada berbagai skala ruang dan waktu. Sebagai contoh: apabila ayat bercerita tentang manusia, maka tafsiran manusia tersebut bisa individu, suatu kaum atau seluruh umat manusia.
Berdasar pendapat-pendapat yang telah dijelaskan tersebut, karena evolusi merupakan sebuah teori, maka kebenarannya pun harus diuji terlebih dahulu. Oleh karena itu, evolusi tidak salah bahwa muncul banyak pertanyaan, pendapat maupun perdebatan mengenai kebenaran teori tersebut, ada yang mendukung dan ada pula yang menolak. Hal ini dikarenakan teori-teori ilmiah yang ada tidak dapat dibenarkan atau disalahkan begitu saja berdasar ayat-ayat Al-Qur'an.

Lantas, Haruskah Evolusi Bertentangan dengan Agama?
Pertanyaan tersebut dapat dijawab dengan memahami teori evolusi dari berbagai sumber dan dengan pikiran terbuka serta mecari kebenarannya dari Al-Qur’an. Sebagaimana para tokoh-tokoh Islam yang mendukung teori evolusi, mereka membenarkan teori evolusi dengan berbagai dasar ayat-ayat yang ada dalam Al-Qur’an.
Ada beberapa ayat-ayat Al-Qur’an yang sesuai dengan teori evolusi yaitu:

“Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah? Padahal Dia sesungguhnya telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkat kejadian.” (Q.S. Nuh: 13-14).

Ayat tersebut digunakan sebagai dasar bagi tokoh Islam yang mendukung teori evolusi. Mereka menafsirkan fase-fase tersebut adalah sesuai dengan fase-fase yang diakui oleh penganut teori evolusi Darwin tentang proses kejadian manusia. Berdasarkan ayat tersbut telah disebutkan bahwa penciptaan manusia melalui beberapa tahap. Sehingga kembali pada pengertian awal bahwa evolusi yang menjelaskan mengenai perubahan-perubahan secara bertahap pada tubuh makhluk hidup yang berlangsung dari generasi ke generasi. Oleh karena itu, ayat tersebut telah sesuai dan dapat dijadikan dasar bagi teori evolusi.
Selain itu ada pula ayat lain:
“...Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi.” (Q.S. Ar Ra'd: 17).

Ayat tersebut digunakan sebagai penguat kebenaran teori "struggle for life" yang menjadi salah satu landasan teori Darwin yakni seleksi alam. Seleksi alam menjelaskan hubungan antara makhluk hidup dan kemampuan adaptasimya di alam, di mana spesies yang bertahan adalah spesies yang paling adaptif. Luthfi dan Khusnuryani (2005) menyatakan ada dua gagasan utama Darwin dalam bukunya On the Origin of Species. Pertama adalah spesies-spesies yang ada sekarang ini merupakan keturunan dari spesies moyangnya. Dalam edisi pertama bukunya, Darwin tidak menggunakan kata evolusi. Dia menyebutnya modifikasi keturunan (descent with modifcatioii). Gagasan utama yang kedua adalah seleksi alam sebagai mekanisme modifikasi keturunan. Ketika seorang ahli biologi mengatakan "teori evolusi Darwin" maksudnya adalah seleksi alam sebagai penyebab evolusi, bukan fenomena evolusi itu sendiri.Selain itu surat Al An'am ayat 133 juga dianggap mendukung teori evolusi.
“Dan Tuhanmu Maha Kaya lagi mempunyai rahmat. jika Dia menghendaki niscaya Dia memusnahkan kamu dan menggantimu dengan siapa yang dikehendaki-Nya setelah kamu (musnah), sebagaimana Dia telah menjadikan kamu dari keturunan orang-orang lain.” (Q.S. Al-An’am: 133)

Ayat tersebut telah menyebutkan “sebagaimana Dia telah menjadikan kamu dari keturunan orang-orang lain” menurut konsep evolusi adalah benar. Orang lain di sini maksudnya adalah orang tua dan para pendahulunya seperti kakek, nenek dan nenek moyangnya. Luthfi dan Khusnuryani (2005) menyatakan bahwa dari ayat tersebut ada yang memahaminya bahwa suatu spesies berasal dari spesies lain atau suatu makhluk yang ada berasal dari makhluk sebelumnya. Berdasarkan tafsiran tersebut dapat saja disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan antara konsep Al-Qur’an dengan konsep ilrnu pengetahuan tentang asal usul manusia. Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa ayat-ayat tersebut tidak dapat dipaksakan menjadi dasar pembenar teori Darwin, tetapi bukan berarri pula bahwa teori tersebut adalah salah menurut Al-Qur’an. Al-Qur'an tidak menjelaskan secara rinci apakah penciptaan makhluk hidup melalui proses evolusi atau penciptaan terpisah.
Mayr (1986) berpendapat bahwa evolusi adalah suatu teori bukanlah fakta yang tidak pasti atau fakta yang kurang sempurna. Tidak pula menggambarkan tingkat kepercayaan yang lebih rendah. Teori merupakan suatu gagasan sistematis yang dapat menjelaskan alasan suatu fakta dapat tetap eksis dan dipertahankan. Oleh karena itu, teori membantu dalam memahami bagaimana fakta tersebut terinterpretasi dan kaitannya dengan seluruh kehidupan, sehingga tidak berarti bahwa teori evolusi adalah sebuah mitos belaka. Akan tetapi evolusi merupakan sebuah teori yang mendorong pemahaman terhadap fakta yang ada.
Faktanya semua makhluk hidup baik manusia, tumbuhan maupun hewan tidak ada yang sama persis, semuanya berbeda. Hal ini dikarenakan setiap organisme memiliki kode genetik yang ada dalam lokus kromosom dan membawa sifat tertentu/spesifik yang susunannya berbeda-beda pada tiap organisme serta terdapat dalam lokus kromosom. Kejadian variasi makhluk hidup di alam ini disebabkan oleh adanya perbedaan susunan gen tiap individu yang dikenal dengan variasi genetik. Dari sinilah dapat diketahui bahwa adanya hubungan yang erat antara teori evolusi dan ilmu genetika.

Sebagaimana pendapat Arifien (2010) bahwa salah satu karakteristik evolusi adalah adanya perubahan secara terus menerus yang ada kaitannya dengan pewarisan sifat. Pewarisan dan perubahan dapat terjadi secara internal (dalam diri, genetic drift) atau secara eksternal (luar diri, seleksi alam-gene flow). Evolusi yang erat kaitannya dengan genetik terdapat pula dalam Al-Qur’an yang menjelaskan tentang DNA.
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu”. (Q.S. Fusshilat : 53)
Telah jelas bahwa tanda-tanda kekuasaan Allah yang ada pada diri manusia dan menjadi pembeda adalah DNA yang mana sekuens DNA yaitu gen berperan dalam pewarisan sifat yang diturunkan pada generasi selanjutnya. Proses pewarisan gen terhadap keturunannya dapat dijelaskan melalui evolusi. Sifat fenotipe yang mirip antara orang tua dan anak-anaknya merupakan contoh penerapan ilmu genetika yang prosesnya dijelaskan melalui teori evolusi. Ovum dan sperma masing-masing memiliki kromosom haploid (n). Saat terjadi fertilisasi, ovum (n) dan sperma (n) bergabung untuk membentuk zigot yang nantinya membentuk individu baru. Individu baru ini memiliki sifat diploid. Proses pembentukan individu dari zigot, fetus, bayi hingga dewasa itulah merupakan contoh proses evolusi dimana terjadi perubahan bentuk dari zigot hingga dewasa. Jika tidak terjadi perubahan inilah yang menimbulkan kewaspadaan karena diduga terjadi kelainan.
Proses tersebut tidak hanya terjadi pada manusia melainkan hewan dan tumbuhan pula. Tumbuhan juga mengalami proses yang sama di mana tumbuhan yang terbentuk dari proses penyatuan gamet betina dan jantan yang kemudian menjadi biji dan berkembang terus hingga menjadi tumbuhan dewasa yang telah lengkap. Proses ini telah sesuai dengan Al-Qur’an surat Nuh ayat 13-14 seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa “...sesungguhnya telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkat kejadian..” yang artinya proses terbentuknya makhluk hidup itu bertahap disertai perubahan. Oleh karena itu salah besar jika teori dianggap bertentangan dengan ilmu agama. Nah di sinilah sudah terjadi proses evolusi. Jadi, pertanyaan “Haruskah Evolusi Bertentangan dengan Agama?” Jawabannya adalah TIDAK, bahkan adanya relevansi antara teori evolus dan agama.



REFERENSI
Arifien, H. 2010. Bagaimana Sufisme Menjelaskan Evolusi Makhluk Hidup. Jakarta: Republika.
Campbell, N.A. 2008. Biologi Jilid II. Jakarta: Erlangga.
Khadafi, Mohammad. 2008.  Kritik  dan Pandangan Harun Yahya Terhadap Teori Evolusi Manusia (Evolusionisme). Yogyakarta: Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga.
Luthfi, M. J. dan A. Khusnuryani.  2005.  “Agama  dan Evolusi: Konflik  atau Kompromi”. Jurnal Kaunia. Vol. 1 No. 1.
Mayr, E. 1986. "Uncertainty in Science: Is The Giant Panda a Bear or a Racoon?" Nature. Vol 323, p. 769.
Shihab, M. Quraish. 2013. Wawasan Alquran: Tafsir Tematik atas Pelbagai Persoalan Umat. Bandung: Mizan.
The Natural History Museum. 2008. Timeline of Charles Darwin’s life. London.

Sunday, January 17, 2016

OLIMPIADE BIOLOGI VII UIN MALIKI MALANG


BURUAN DAFTARKAN DIRI ANDA SEGERA ... !!!

OLIMPIADE BIOLOGI (OBI) SMA/MA Sederajat Se-Jawa-Bali MERUPAKAN AJANG BERGENGSI DI KALANGAN siswa siswi SMA/MA. OLIPIADE INI DILAKSANAKAN DI 25 DISTRIK YANG TERSEBAR DI WILAYAH JAWA-BALI. OLIMPIADE INI MEMPEREBUTKAN TOTAL HADIAH HINGGA 15 JUTA RUPIAH...

OLIMPIADE INI MELIPUTI 3 BABAK, YAITU:

BABAK PENYISIHAN : 24 JANUARI 2016

BABAK SEMIFINAL : 6 FEBRUARI 2016

BABAK FINAL : 7 FEBRUARI 2016



Saturday, November 15, 2014

Seberapa sering Anda jamaah ke masjid?????




  
Sungguh menakjubkan, sungguh mengagumkan..
Subhaanallah... Meksipun usianya telah tua renta, semangatnya untuk menghadap Rabb-Nya tak pernah surut. Semangat untuk menuju tempat suci tak pernah hilang, tak pernah lenyap dan tak pernah padam meskipun kondisi fisiknya sudah tidak bersahabat lagi dengan dirinya. Entah apa yang membuat semangatnya begitu besar.
Begini ceritanya, ibu yang sudah lanjut usia itu berada di shaf depanku ketika berjamaah shalat maghrib di masjid. Ketika rakaat kedua, beliau bangkit dari sujud dengan susah payah, hingga berkali-kali jatuh karena tak kuat untuk berdiri. Tapi beliau tetap berusaha berdiri seperti makmum yang lain. Walaupun sebenarnya boleh jika beliau mau melakukan sholat dengan duduk. Tetapi tidak! Meskipun tersungkur berkali-kali, beliau tetap dan tetap berusaha untuk bangkit agar bisa melakukan shalat dengan berdiri.
Hari berikutnya, ada seorang ibu yang usianya lebih tua daripada ibu yang pertama. Ketika shalat shubuh, ibu tersebut duduk
Renungkanlah! Ibu yang sudah tua tersebut masih tetap semangat menjalankan shalat berjamaah walaupun kondisi fisiknya mulai melemah, bahkan shalat jamaah itu beliau laksanakan di masjid. Bagaimana dengan kita? Seberapa sering kita shalat berjamaah di masjid? Padahal kondisi fisik kita masih jauh lebih kuat daripada ibu tersebut. Bagaimana sikap kita saat mendengar adzan berkumandang? Segerakah kita mengambil air wudhu dan bergegas pergi ke masjid?

Friday, November 14, 2014

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANG (KKL)
KEANEKARAGAMAN JAMUR, LICHEN, DAN LUMUT
DI TAMAN TAHURA R. SOERYO, DESA TULUNGREJO, KECAMATAN BATU, KABUPATEN MALANG
Dosen Pengampu :
Drs. Sulisetjono, M.Si
Ainun Nikmati Laily, M.Si
Disusun Oleh :
Novivy Ratna Sari (13620051)
Meike Tya Kusuma (13620062)
Magstin Najla Safura (13620072)
Muhammad Ikhsanuddin (13620073)
Zaidatul Khasanah (13620084)
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2014

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah berkenan memberi petunjuk dan kekuatan kepada kami sehingga makalah “KeanekaragamanJamur, Lichen, dan Lumut di Taman Tahura R. Soeryo, Desa Tulungrejo, Kecamatan BAtu, Kabupaten Malang” ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu meskipun kurang sempurna dalam sisi penulisan maupun isi yang terkandung di dalamnya. Makalah ini kami buat guna memenuhi salah satu praktikum mata kuliah Botani Tumbuhan Tidak Berpembuluh.
Ucapan terima kasih terlantun dari lisan dan hati penulis pada pihak – pihak terkait yang telah membantu secara tidak langsung mengarahkan penulis dalam penyusunan makalah ini. Kepada Ibu Ainun Nikmati Laily, M.Si., yang telah memberikan setiap materi kepada penulis, dan mempercayai penulis untuk mengkaji lebih dalam pada materi porifera. Tak lupa kepada teman-teman yang telah rela membantu menyelesaikan makalah ini, baik dengan tenaga maupun fikiran.
Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, kami telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik, dan oleh karenanya, kami dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan, saran serta usul yang bersifat membangun guna penyempurnaan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dalam belajar dan hasilnya dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Malang, 11 November 2014
Tim Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tumbuhan di dunia ini sangat beragam. Terdapat tumbuhan yang sudah memiliki akar, batang dan daun yang sudah dapat dibedakan dengan jelas atau yang disebut Cormophyta. Akan tetapi ada pula tumbuhan yang akar, batang dan daunnya masih belum dapat dibedakan atau disebut thallophyta. Tumbuhan berkormus meliputi beberapa jenis tumbuhan tingkat tinggi, sedangkan tumbuhan berthallus meliputi alga, lumut dan lumut kerak. Dalam pembahasan ini akan diuraikan tentang lumut, liken (lumut kerak), dan jamur.
Tumbuhan Lumut (Bryophyta) merupakan tumbuhan yang relatif kecil, tubuhnya hanya beberapa milimeter saja, lumut hidup pada tempat-tempat yang lembab, sedangkan lichenes atau lumut kerak sering disebut sebagai tumbuhan perintis. Lichenes hidup sebagai epifit pada pohon-pohonan tetapi dapat juga di atas tanah. Selain itu terdapat jamur yang merupakan tumbuhan tidak mempunyai klorofil sehingga bersifat heterotrof.
Ketiga organisme tersebut secara umum dapat disebut sebagai organisme bertalus. Di Indonesia potensi akan tumbuhnya berbagai jenis tumbuhan tersebut dapat ditemukan pada beberapa daerah yang memiliki kelembaban tinggi dan kondisi udara yang bersih. Habitat dari ketiga jenis organisme tersebut dapat ditemukan dalam satu tempat yang memang memiliki potensi sebagai tempat hidup yang memberikannya nutrisi dan pemenuhan unsur-unsur yang dibutuhkan. Salah satunya adalah di hutan wisata Tahura R. Soeryo.
Taman Hutan Raya (Tahura) R. Soeryo secara administrasi pemerintahan terletak di Desa Tulungrejo, Kecamatan Batu, Kabupaten Derah Tingkat II Malang, Propinsi Jawa Timur, sedangkan secara geografis Tahura R. Soeryo terletak pada 11232’00" Bujur Timur dan 7044'30" Lintang Selatan. Pengelolaan kawasan berada pada Resort KSDA Lalijiwo Barat, Sub Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jatim I,
Balai KSDA IV, Kanwil Departemen Kehutanan Propinsi Jawa Timur ( Anonim, 2014).
Keadaaan flora dan kawasan TAHURA R. Soeryo didominasi tumbuhan jenis : Cemara (Casuarina junghuniana), Saren (Toenasureni), Pasang (Quercus lincata), Kemelandingan gunung (Mycura javabica) dan berbagai jenis tumbuhan bawah (Anonim, 2014). Tumbuhan bawah yang dimaksud adalah tumbuhan tingkat rendah seperti lichen, lumut, dan yang serupa, yakni jamur (fungi).
Allah SWT berfirman dalam Qur’an surat Al-Baqarah ayat 30:
Artinya: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah SWT telah menciptakan berbagai macam tumbuhan di muka bumi. Manusia sebagai khalifah di muka bumi ini hendaknya menggali, memelihara, melestarikan dan mengambil manfaat demi terwujudnya kesejahteraan segenap umat manusia.
Kuliah Kerja Lapangan (KKL) merupakan kegiatan mengamati dan meneliti spesies di habitat alinya yang perlu untuk dilakukan. Hal ini dilakukan agar mengetahui objek-objek yang diamati, meliputi klasifikasi, jenis, morfologi serta anatomi, siklus hidup dan manfaatnya sehingga memberi manfaat bagi masyarakat dan kehidupannya.
1.2 Tujuan
Tujuan dari kuliah kerja lapang (KKL) ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mempelajari morfologi, dan siklus hidup/reproduksi dari Jamur, Lichenes, dan Lumut di Tahura R. Soeryo, Desa Tulungrejo, Kecamatan Batu, Kabupaten Malang.
1.3 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari Kuliah Kerja Lapang (KKL) ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat mengetahui jenis keanekaragaman jamur, lichen, dan lumut pada habitatnya secara langsung di Tahura R.Soeryo, Desa Tulungrejo, Kecamatan Batu, Kabupaten Malang.
2. Dapat mengetahui organisasi talus, morfologi dan siklus hidup/reproduksi jamur, lichen, dan di Tahura R.Soeryo, Desa Tulungrejo, Kecamatan Batu, Kabupaten Malang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 JAMUR (FUNGI)
Jamur merupakan organisme yang tidak mempunyai klorofil sehinnga jamur tidak dapat menyediakan makanan sendiri dengan cara fotosintesis seperti pada tanaman yang berklrofil (Arif, dkk., 2007). P Oleh karena jamur memerlukan senyawa organic baik dari bahan organic mati maupun dari organisme hidup sehingga jamur dikatakan juga organisme heterotrofik. Jamur ini ada yang hidup dan memperoleh makanan dari bahan organik mati seperti sisa-sisa hewan dan tumbuhan, dan ada pula yang hidup dan memperoleh makanan dari organisme hidup. Jamur yang hidup dan memperoleh makanan dari bahan organic mati dinamakan saprofit, sedangkan yang hidup dan memperoleh makanan dari organism hidup dinamakan parasit (Darnetty, 2006).
Penampilan jamur atau cendawan tidak asing bagi kita semua. Kita dapat melihat pertumbuhan berwarna biru dan hijau pada buah jeruk dan keju. Pertumbuhan berwarna putih seperti bulu pada roti dan selai basi, jamur dilapangan dan hutan. Kesemuaan ini merupakan tubuh berbagai cendawan. Jadi cendawan mempunyai berbagai macam penampilan, tergantung pada spesiesnya. Telaah mengenai cendawan disebut mikologi. Cendawan terdiri dari kapang (mold) dan khamir (yeast) (Perlczar, 2005).
Kapang merupakan fungi yang berfilamen dan multiseluler. Kapang membentuk filament panjang yang disebut hifa dan meupakan cirri utama fungi. Koloni fungi yang merupakan massa hifa disebut miselium. Hifa mempunyai 2 struktur yaitu bersepta dan tidak bersepta. Septa ini menyekat sel sehingga filament yang panjang ini terlihat seperti rantai sel. Hifa yang tidak bersepta disebut hifa konosilitik. Hifa dapat membentuk struktur reproduksi yang disebut spora (Lay, 1994).
Khamir merupakan fungi yang tidak berrfilamen dan berproduksi memalui pertunasan atau pembelahan sel. Bentuk koloni khamir sering kali mirip dengan
bakteri. Khamir digunakan dalam pertumbuhan roti dan anggur, namun ada pula khamir yang dapat menimbulkan penyakit (Lay, 1994)
2.1.1 Morfologi Jamur
Pada umumnya, sel khamir lebih besar dari pada kebanyakan bakteri tetapi khamir yang paling kecil tidak sebesar bakteri yang terbesar, khamir sangat beragam ukurannya, berkisar antara 1 sampai 5 μm lebarnya dan panjangnya dari 5 samapi 30 μm atau lebih. Biasanya berbentuk telur, tetapi beberapa ada yang memanjang atau berbentuk bola. Setiap spesies mempunyai bentuk yang khas tergantung pada umur dan lingkungan. Khamir tidak dilengkapi flagellum atau organ-organ penggerak lainnya (Pelczar, 2005).
Tubuh suatu kapang pada dasarnya terdiri dari dua bagian: miselium dan spora (sel resisten, istirahat atau dorman). Miselium merupakan kumpulan beberapa filament yang dinamakan hifa. Setiap hifa lebernya 5 sampai 10 μm, dibandingkan dengan sel bekteri yang biasanya berdiameter 1 μm (Pelczar, 2005).
2.1.2 Struktur Somatik
Tubuh jamur dikenal dengan nama talus, soma atau struktrur somatic yang pada dasarnya terdiri dari struktur berupa benang-benang bercabang yang disebut hifa. Hifa tersebut menyebar pada perukaan ataupun dalam substrat dan kumpulan dari hifa tersebut dinamakan miselium hifa jamur ada yang mempunyai sekat yang dikenal dengan istilah septum yang membangi hifa tersebut menjadi sel-sel uninukleat (berinti satu) ataupun multinukleat (berinti banyak). Hifa yang mempunyai septum tersebut dinamakan speta yang tidak mempunyai septum disebut asepta atau senosit. Talus atau hifa jamur dapat dibedakan atas dua bagian yaitu:
1. Hifa vegetatif: tumbuh mengarah kedalam substrat dan berfungsi untuk mengabsorbsi nutrisi.
2. Hifa generative: tumbuh mengarah keluar dan berfungsi untuk perkembangbiakan (Darnetty, 2006).
Ada tiga macam morfologi hifa yaitu:
1. Asepta atau senosit. Hifa ini tidak mempunyai dinding sekat atau septum
2. Septa dengan sel-sel uninukleat. Sekat membagi hifa menjadi ruang-ruang atau sel-sel berisi nukleus tunggal. Pada setiap septum terdapat pori ditengah-tengah yang memungkinkan perpindahan nukleus dan sitoplasma dari satu ruang keruang yang lain. Sungguhpun setiap ruang suatu hifa yang bersekat tidak terbatasi oleh suatu membrane sebagaimana halnya pada sel yang khas, setiap ruang itu biasanya dinamakan sel.
3. Septa dengan sel-sel multinukleat. Septum membagi hifa menjadi sel-sel dengan lebih dari satu nukleus dalam setiap ruang (Pelczar, 2005).
Kebanyakan struktur jamur berukuran besar terbentuk dari ayaman/ agregar hifa. Pada tahap-tahap tertentu dari siklus hidup kebanyakan jamur, miselium akan terorganisir membentuk anyaman-anyaman yang longgar ataupun padat yang dapat dibedakan dari hifa biasa sebagai berikut:
1. Prosenkim: ayaman hifa yang agak kendor, tersusun secara pararel, tiap-tiap hifa masih jelas dan mudah dilepaskan dan merupakan suatu bentuk memanjang.
2. Peudoparenkim: ayaman hifa yang lebih padat, tiap-tiap hifa sudah hilang sifat individunya dan tidak dapat dipisahkan dan bentuknya agak oval.
3. Rizomorf: anyaman hifa yang sangat padat, merupakan suatu unit yang terorganisir dan titik tumbuhnya mirip dengan titik tumbuh ujung akar.
4. Sklerotium: anyaman hifa yang keras, padat dan merupakan bentk istirahat yang tahan terhadap kondisi yang tidak menguntungkan.
5. Stroma: suatu struktur padat yang merupakan massa dari hifa yang berbentuk seperti bantalan (Darnetty, 2006).
2.1.3 Reproduksi Jamur
Secara alamiah cendawan berkebang biak dengan berbagai cara, baik secara aseksual dengan pembelahan, pencukupan atau pembentukan spora dapat pula secara seksual dengan peleburan nucleus dari satu sel induk. Pada pembelahan, suatu sel membagi diri untuk membentuk dua sel anak yang srupa. Pada penguncupan, suatu sel anak tumbuh dari penojolan kecil pada sel inangnya (Pelczar, 2005).
Spora aseksual dibentuk oleh hifa dari satu individu fungi. Bila spora aseksual berimigrasi, spora tersebut akan menjadi fungi yang secara genetic identik dengan induknya. Macam-macam spora aseksual:
1. Konidispora (konidium), berupa spora satu sel ataupun multisel, non motil, tidak terdapat dalam kantung dan dibentuk diujung hifa (konodiofer) konodium kecil bersel satu disebut mikrokonidium dan konidium besar bersel banyak disebut mikrokonodium, contohnya Aspergillus sp.
2. Sporangiospora, merupakan spora bersel satu, terbentuk didalam kandung yang disebut sporangium pada ujung hifa udara (sporangiosfor). Aplanospora merupakan sporangispora nonmotil dan zoospore merupakan jenis motil dengan adanya flagella, contohnya Rhizopus sp.
3. Arthrospora (oidium), yaitu spora bersel satu yang terbentuk melalui terputusnya sel-sel hifa.
4. Klamidospora merupakan spora bersel satu yang berdinding tebal dan senagt resisten terhadap kondisi lingkungan yang buruk terbentuk dari sel hifa somatic.
5. Blastospora, yaitu spora aseksual yang muncul dari pertunasan pada sel khamir.
Spora seksual dihasilkan dari reproduksi seksual, yaitu peleburan dua nukleus. Spora ini lebih jarang terbentuk, lebih belakangan, hanya terbentuk dalam kondisi tertentu dan dalam jumlah yang lebih sedikit dibandinkan spora aseksual. Proses pembentukan spora seksual terdiri dari tiga tahap yaitu plasmogami, saat inti sel haploid dari sel donor (+) mempenetrasi sitoplasma sel resipien, karyagami, saat inti (+) dan inti (-) berfusi mejadi banyak inti haploid (spora seksual) yang beberapa diantaranya dapat merupakan rekomendasi genetic. Macam-macam spora seksual:
1. Askospora merupakan spora bersel satu yang terbentuk didalam kandung (askus). Biasanya terdapat delapan akospora dalam setiap askus.
2. Basidospora merupakan spora bersel satu dan terbentuk diatas 3 struktur ganda (basidium).
3. Zigospora merupakan spora besar berdinding tebal, terbentuk bila ujung dua hifa yang serasi secara seksual (gametangia) melebur.
4. Oospora terbentuk dalam struktur khusus pada betina yang disebut oogonium. Pembuahan telur (oosfer) oleh gamet jantan yang terbentuk dalam antheridium menghasilkan oospora. Dalam setiap oogonium terdapat satu atau beberapa oosfer (Pratiwi, 2004).
2.1.4 Fisiologi Jamur
Pada umumnya jamur benang lebih tahan terhadap kekeringan disbanding khamir atau bakteri. Namun demikian, batasan kandungan air total pada makanan yang baik untuk pertumbuhan jamur dapat diestimasikan dan dikatakan bahwa kandungan air dibawah 14-15% pada biji-bijian atau makanan kering dapat mencegah atau memperlambat pertumbuhan jamur (Hidayat, 2006).
Kebanyakan jamur termasuk dalam kelompok mesofilik, yaitu dapat tumbuh pada suhu normal. Suhu optimum untuk kebanyakan jamur sekitar 25-30oC, namun beberapa tumbuh pada suhu 35-37oC atau lebih, misalnya pada spesies Aspergillus. Sejumlah jamur termasuk dalam psikrotrofik, yaitu yang dapat tumbuh baik pada suhu dingin dan beberapa masih dapat tumbuh pada suhu dibawah pembekuan (-5oC – 10oC). hanya beberapa yang mampu tumbuh pada suhu tinggi (termofilik) (Hidayat, 2006).
Jamur benang biasanya bersifat aerob yang membutuhkan oksigen untuk pertumbuhannya. Kebanyakan jamur dapat tumbuh pada interval pH yang luas (pH 2,0-8,5), walaupun pada umumnya jamur lebih suka pada suhu tinggi (termofilik) (Hidayat, 2006).
Jamur pada umumnya mampu menggunakan bermacam-macam makanan dari yang sederhana sampai yang kompleks. Kebanyakan jamur memiliki bermacam-macam enzim hidrolitik, yaitu amylase, pektinase, proteinase dan lipase (Hidayat, 2006).
Beberapa jamur memproduksi komponen penghambat bagi mikroba lain, contohnya Penicillium chrysogenum dengan produksi penisilinya. Aspergillus
clavatus, klavasin. Beberapa komponen kimia bersifat miostatik menghambat pertumbuhan jamur (misalnya asam sorbet, propionate, asetat) atau bersofat fungisida yang mematikan (Hidayat, 2006).
2.1.5 Klasifikasi Jamur
Fungi dikalsifikasikan menjadi empat kelas utama yaitu Phycomycetes, Ascomycetes, Basidiomycetes dan Deuteromycetes. Bersadarkan cirri-ciri spora seksual dan aseksual, habitat, struktur garis besar morfologi dan sifat nutrisinya, kelas Phycomycetes dibagi lagi menjadi enam kelas, yaitu Cytridiomycetes, Hypocytridiomycetes, Oomycetes, Plasmodiophormycetes, Trishomycetes dan Zygomycetes. Keenam kelas ini umumnya tidak mempunyai septa (dinding penyekat) yang teratur pada benang hifanya (coenocytic hyphae), sehingga mengakibatkan terdapat banyak mukleus (inti) disetiap sel benang hifa.
1. Ascomycetes
Jamur ini mempunyai miselium yang bersekat-sekat. Pembiakan secara vegetative dilakukan dengan konidia, sedang pembiakan secara generative dilakukan dengan spora-spora yang dibentuk didalam askus, beberapa askus terdapat didalam suatu tubuh buah. Pada umumnya askus itu suatu ujung hifa yang mengandung 4 atau 8 buah spora. Contoh-contoh Ascomycetes yang terkenal ialah:
a. Aspergillus, jamur ini kedapatan dimana-mana sebagai saprofit. Koloni yang sudah menghasilkan spora warnanya menjadi coklat kekuning-kuningan, kehijau-hijuan atau kehitam-hitaman. Miselium yang semula berwarna putih sudah tidak tampak lagi.
b. Penicillium, jamur ini serupa dengan Aspergillus, hanya dengan pengamatan mikroskop akan kelihatan perbedaanya dan perbedaan itu terletak dalam susunan konodianya (Dwidjoseputro, 1998).
2. Basidiomycetes
`Jamur ini merupakan miselium berseptum, telah berkembang dengan sempurna dan dapat melakukan penetrasi pada substrat serta menyerap bahan makanan. Miselium ini dapat telihat pada bagian-bagian yang lembab dari kayu-kayu terutama pada bagian bawah kulit dan juga daun-daun. Biasanya miselium berwarna putih, kuning cerah atau orange dan pertumbuhanya sering menyebar sepeti kipas. Sebagian dari filum Basidiomycota ada yang membentuk rhizomof. Miselium dari kebanyakan Basidiomycota melewati 3 tingkat perkembangan yaitu miselium primer, miselium sekunder dan miselium tersier. Pada awalnya miselium ini berinti banyak, kemudian dengan terbentuknya septa maka miselium ini berinti satu haploid. Miselium sekunder terjadi dari hasil plasmogami antara dua hifa yang kompatibel atau plasmogami antara oidio (spermatia) dengan hifa penerima (reseptif) yang kompatibel. Miselium tersier terdiri atas miselium sekunder yang telah terhimpun merupakan jaringan teratur misalnya yang membentuk basidiokarp. Pada bagian tengah septum terdapat logam. Ada dua tipa dasar dari basidium yaitu: Halobasidium merupakan basidium yang terdiri dari satu sel atau basidium yang tidak punya septa dan Phragmobasidium merupakan basidium yang terdiri dari 4 sel yang dibatasi oleh septa melintang ataupun membujur (Darnetty, 2006).
3. Deuteromycetes
Deuteromycetes juga disebut jamur tidak sempurna, yaitu jamur yang belum diketahui cara pembiakan seksualnya, oelh karena itu belum dapat dimasukkan kesalah satu kelas yang telah ditentukan (Dwidjoseputro, 1998). Akan tetapi karena konidiumnya jelas dan tidak asing lagi, banyak spesies masih dianggap tergolong kedalam kelas ini meskipun tingkat seksualnya saat ini telah ditehaui dengan baik. Kapang gerus Penicillium dan Aspergillus dikalsifikasikan sebagai Deuteromycetes meskipun tingkat pembentukan askosporanya telah ditemukan pada beberapa spesies (Pratiwi, 2004).
4. Phycomycetes
Cirri yang khas untuk mengenal sebagian besar Phycomycetes ialah miselium yang tidak bersekat-sekat. Warna miselium putih, jika tua mungkin agak coklat kekuning-kuningan, kebanyakan sporangium berwarna kehitam-hitaman. Beberapa contoh Phycomycetes:
a. Phytophthora, kebanyakan spesies berupa parasit pada tumbuh-tumbuhan tomat, kentang tembakau, karet dan lain-lainnya lagi.
b. Saprolegina, saprofit yang banyak kedapatan didalam air dan tanah yang basah. Ada juga yang menjadi parasit pada ikan dan insekta.
c. Mucor, saprofit yang banyak kedapatan pada sisa-sisa makanan yang banyak mengandung karbohidrat. Mucor membiak dengan dua jalan, yaitu dengan spora yang semacam saja dan spora-spora yang berlainan jenis.
d. Rhizopus, beberapa spesies hidup sebagai saprofit dan beberapa spesies lain hidup sebagai parasit pada tumbuh-tumbuhan. Rhizopus nigricans kedapatan dimana-mana. Semula miseliumnya tampak seperti sekelompok kapas, lama kelamaan koloni menjadi berwarna kehitam-hitaman karena banyak sporangium dan spora. Rhizopus banyak menyerupai mucor, hanya miselium Rhizopus terbagi-bagi atas stolon yang menghasilkan alat-alat serupa akar (rhizoida) dan sporangiofor (Dwodjoseputro, 1998).
2.2 LICHENES (LUMUT KERAK)
Lumut kerak merupakan simbiosis antara jamur dari golongan Ascomycotina atau Basidiomycotina (mikobion) dengan Chlorophyta atau Cyanobacteria bersel satu (fikobion). Tumbuhan ini tergolong tumbuhan perintis yang ikut berperan dalam pembentukan tanah. Lumut kerak bersifat endolitik karena dapat masuk pada bagian pinggir batu. Dalam hidupnya lichenes tidak memerlukan syarat hidup yang tinggi dan tahan terhadap kekurangan air dalam jangka waktu yang lama. Lichenes yang hidup pada batuan dapat menjadi kering karena teriknya matahari, tetapi tumbuhan ini tidak mati, dan jika turun hujan bisa hidup kembali (Indah, 2009 : 41).
Lichen merupakan simbiosis mutualisme adalah hubungan antar organisme yang saling menguntungkan. Jamur pada lumut kerak berfungsi sebagai pelindung dan penyerap air serta mineral. Ganggang yang hidup di antara miselium jamur berfungsi menyediakan makan melalui fotosintesis (Kimball, 1998).
Anatomi Lumut Kerak Apabila kita sayat tipis tubuh lumut kerak, kemudian diamati di bawah mikroskop, maka akan terlihat adanya jalinan hifa/misellium jamur yang teratur dan dilapisan permukaan terdapat kelompok alga bersel satu, yang terdapat disela-sela jalinan hifa. Secara garis besar susunan tubuh lumut kerak dapat dibedakan menjadi 3 lapisan. Yaitu(Sulisetjiono, 2009):
1. Lapisan Luar (korteks) yaitu Lapisan yang tersusun atas sel-sel jamur yang rapat dan kuat, menjaga agar lumut kerak tetap dapat tumbuh.
2. Lapisan Gonidium merupakan lapisan yang mengandung ganggang yang menghasilkan makanan dengan dengan berfotosintesis.
3. Lapisan Empulur yaitu lapisan yang tersusun atas sel-sel jamur yang tidak rapat, berfungsi untuk menyimpan persediaan air dan tempat terjadinya perkembangbiakan. Pada kelompok lumut kerak berdaun (feliose) dan perdu (fruticose) memiliki korteks bawah yang susunannya sama dengan korteks atas, tetapi menghasilkan sel-sel tertentu untuk menempel pada substirat atau dikenal sebagai rizoid(Kimball, 1988).
3 Morfologi Lumut Kerak menurut pertumbuhannya, lumut kerak memperlihatkan beberapa macam bentuk morfologi yang berbeda, antara lain(Tjitrosoepomo, 2009):
1. Foliose (bentuk daun) memiliki bentuk thallus berupa lembaran dan mudah dipisahkan dari substratnya. Membentuk bercak pada batu, dinding dan kulit kayu pohon tropika. Permukaan bawah melekat pada substrat dan permukaan atas merupakan tempat fotosintesis. Jenis ini tumbuh dengan garis tengah mencapai 15-40 cm pada lingkungan yang menguntungkan.
2. Crustose memiliki bentuk datar seperti kerak. Tumbuh pada kulit batang pohon. Berbentuk seperti coret-coret kecil dan pada batang kayu yang sudah mati.
3. Squamulose yaitu berupa campuran bentuk kerak dan daun.
4. Fruticose memiliki thallus tegak mirip perdu. Tumbuh menempel pada substrat oleh satu atau lebih akar. Beberapa jenis dari lumut ini mempunyai kandungan antibiotik dan anti kanker. Hidup bergelantungan di udara, menempel pada pohon-pohon di pegunungan.
5. Lumut Kerak Berfilamen Lumut ini tampak seperti kapas wol. Tumbuh pada kulit kayu pohon dan perdu, berwarna jingga kekuningan atau hijau cerah.
Lumut kerak mampu hidup pada daerah bebatuan dan mampu merubah area tandus berbatu menjadi tempat yang digunakan untuk tumbuh-tumbuhan lain. Sehingga berperan sebagai tumbuhan perintis, membantu siklus nitrogen, sebagai indikator lingkungan Beberapa lumut kerak yang mengandung ganggang cyanophyta (cynobacterium) yang tumbuh tersebar di hutan tropika mampu hidup pada intensitas cahaya yang rendah dan yang lebih penting mereka dapat menggunakan nitrogen bebas (gas nitrogen) menjadi nitrogen organik (asam amino dan protein). Jadi lumut kerak cynobacterium dalam ekosistem membantu daur nitrogen yang berperan dalam persediaan pupuk alami pada ekosistem dasar hutan hujan (Yurnaliza, 2002). Reproduksi Lumut Kerak Perkembangbiakan lumut kerak dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu vegetatif dan generative. Reproduksi vegetatifnya dilakukan dengan cara fragmentasi soredium. Jika Soredium terlepas, kemudian terbawa angin atau air dan tumbuh di tempat lain. Sedangkan reproduksi genetatif spora yang dihasilkan oleh askokarp atau basidiokarp, sesuai dengan jenis jamurnya. Spora dapat tumbuh menjadi lumut kerak baru jika bertemu dengan jenis alga yang sesuai. Sel-sel alga tidak dapat melakukan perkembangbiakan dengan meninggalkan induknya, melainkan hanya dapat berbiak dengan membelah diri dalam tubuh lumut kerak. Dengan soredium adalah Sekelompok jalinan hifa yang menyelubungi sel- sel alga. Dan fragmentasi adalah terlepasnya bagian tubuh untuk menjadi organisme baru(Tjitrosoepomo, 2009).
2.3 LUMUT (BRYOPHYTA)
Bryophyta adalah tumbuhan darat berklorofil yang tumbuh di tempat-tempat lembab.Tumbuhan lumut mempunyai pergiliran generasi dari sporofit diploid dengan gametofit yang haploid. Meskipun sporofit secara morfologi dapat dibedakan dari gametofit (heteromorf), tetapi sporofit ini tidak pernah merupakan tumbuhan mandiri yang hidup bebas. Sporofit tumbuhnya selalu dalam ikatan dengan gametofit, yang berupa tumbuhan mandiri, menyediakan nutrisi bagi sporofit.Pada lumut, gametofitlah yang dominan. Beberapa tumbuhan lumut masih mempunyai talus, tidak mempunyai akar, batang, dan daun. Bryophyta yang dapat dibedakan batang, dan daunnya, belum mempunyai akar sejati, hanya ada rhizoid(Sabariah, 2000).
Dibandingkan dengan alga, jamur dan tumbuhan tingkat tinggi maka lumut merupakan golongan yang kecil. Bryophyta adalah tumbuhan darat berklorofil yang tumbuh ditempat-tempat lembab.Tumbuhan lumut mempunyai pergiliran generasi dari sporofit diploid dengan gametofit yang haploid.Meskipun sporofit secara morfologi dapat dibedakan dari gemetofit tetapi sporofit tidak pernah merupakan tumbuhan yang mandiri yang hidup bebas.Sporofit tumbuhnya selalu dalam ikatan dengan gametofit yang berupa tumbuhan mandiri, menyediakan nutrisi bagi sporofit.Pada lumut, gametofitlah yang dominan (Schofield, 1927). Sporofit merupakan fase dimana lumut menghasilkan spora. Perkecambahan spora, pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan lumut dipengaruhi oleh kelembaban dan intensitas cahaya matahari ( Windadri, 2009).
Ciri-ciri lumut (Bryophyta) yaitu berklorofil, belum memiliki akar, daun dan batang sejati, berspora, sudah membentuk embrio, memiliki gametofit yang dominan dan memiliki alat pembiakan yang multi sel. Sel-sel alat pembiakan tersebut membentuk selubung luar yang steril dan di dalamnya terdapat gamet. Struktur yang demikian penting agar gamet terlindung dan tidak kekeringan.Alat kelamin betina (arkegonium) bentuknya seperti botol dan berisi satu ovum, alat kelamin jantan (anteredium) bentuknya lonjong bertangkai pendek dan menghasilkan banyak spermatozoid (Sabariah, 2007).
Lumut terdiri dari tiga jenis, yaitu lumut daun yang hidup di tanah gambut, lumut tanduk yang hidup di danau atau sungai dan lumut hati yang berhabitat di pepohonan (Yuliasari, dkk., 2011).
1. Lumut Hati (Hepaticopsida)
Lumut hati tubuhnya berbentuk lembaran, menempel di atas permukaan tanah, pohon atau tebing. Terdapat rizoid berfungsi untuk menempel dan menyerap zat-zat makanan. Tidak memiliki batang dan daun. Reproduksi secara vegetatif dengan membentuk gemma (kuncup), secara generatif dengan membentuk gamet jantan dan betina. Contohnya: Ricciocarpus, Marchantia dan Lunularia (Yulianto, 1992).
2. Lumut Tanduk (Anthoceratopsida)
Bentuk tubuhnya seperti lumut hati yaitu berupa talus, tetapi sporofitnya berupa kapsul memanjang. Sel lumut tanduk hanya mempunyai satu kloroplas. Hidup di tepi sungai, danau, atau sepanjang selokan. Reproduksi seperti lumut hati. Contohnya Anthocerros sp (Yulianto, 1992).
3. Lumut Daun (Bryopsida)
Lumut daun juga disebut lumut sejati. Bentuk tubuhnya berupa tumbuhan kecil dengan bagian seperti akar (rizoid), batang dan daun. Reproduksi vegetatif dengan membentuk kuncup pada cabang-cabang batang. Kuncup akan membentuk lumut baru. Contoh: Spagnum fibriatum, Spagnum squarosum (Yulianto, 1992).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Kuliah Kerja Lapangan (KKL) kali ini dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 9 November 2014. Studi lapangan ini bertempat di daerah kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) R.Soeryo, Desa Tulungrejo, Kecamatan Batu, Kabupaten Daerah Tingkat II Malang.
3. 2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam KKL ini adalah sebagai berikut :
1. Kamera 1 buah
2. Pensil 1 buah
3. Penggaris 1 buah
4. Banner 1 buah
5. Label 1 set
6. Plastik 1 bendel
7. Catatan 1 buah
8. Referensi identifikasi lumut 1 buah
3.2.2 Bahan
Bahan – bahan yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Sampel tumbuhan lumut 1 tanaman
2. Sampel tumbuhan liken 1 tanaman
3. Sampel tumbuhan jamur 1 tanaman
3.3 Cara Kerja Langkah-langkah kerja pada saat Kegiatan KKL (Kuliah Kerja Lapangan) adalah sebagai berikut:
1. Dicari species dari Jamur, Lichenes, dan Lumut dengan cara mencarinya di sekitar daerah yang di amati misal pohon, batu, dan tanah. 2. Diambil spesies yang telah di temukan (hanya beberapa saja untuk menjaga kelestarian lingkungan). 3. Didokumentasikan species yang telah di temukan dengan cara di foto 4. Dimasukkan species yang di peroleh ke dalam wadah plastic 5. Dikumpulkan semua species yang diperoleh pada setiap kelompok 6. Diidentifikasi semua species yang telah di temukan (termasuk dalam kelas apa)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Jamur Kayu (Ganoderma lucidum)
Gambar Pengamatan
Gambar Literatur
Gambar 4.1 Ganoderma lucidum
Sumber: (Woodi, 2011)
Klasifikasi menurut (Alexopoulus, 1996): Divisi: Basidiomycota
Kelas: Agaricomycetes
Bangsa: Polyporales
Suku: Ganodermataceae
Marga: Ganoderma
Jenis: Ganoderma lucidum
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di kawasan hutan cangar, didapatkan spesies jamur yaitu Ganoderma lucidum dengan ciri-ciri pinggiran berwarna cokelat muda, semakin ketengah coklat tua. Hasil pengamatan tersebut sesuai dengan pendapat Tambunan (1989) bahwa tubuh buah mula-mula berwarna kekuning-kuningan saat masih muda, yaitu pada umur 1-2 bulan, kemudian berubah menjadi merah atau cokelat tua. Jadi bisa dikatakan jamur G. lucidum yang ditemukan merupakan jamur yang sudah berumur tua.
G. lucidum berbentuk setengah lingkaran dan agak cekung seperti kipas, talusnya berbentuk lembaran tipis sedikit keras dengan tekstur bersifat seperti kayu, menempel pada kayu yang sudah mati dan lapuk. Bagian tengah terdapat misellium dan bagian yang pinggir disebut cap namun tidak dalam bentuk tudung. Hasil pengamatan morfologi pada spesies ini telah sesuai dengan pendapat Gunawan (2000) yang menyatakan bahwa bentuk payungnya setengah lingkaran mirip ginjal, dengan ketebalan bervariasi antara 2-5 cm.
Habitat Ganoderma memerlukan lingkungan yang panas dan lembap, suhu antara 26 – 27 derajat Celsius untuk tumbuh (Suhono, 2012). Oleh karena itu, banyak Ganoderma tumbuh liar yang di tahura R. Soeryo. Ganoderma biasa dilihat tumbuh pada pohon yang masih hidup ataupun yang sudah mati. Biasanya paling banyak ditemui tumbuh pada tanaman angsana (Pterocarpus indica) atau pohon kenari (Canarium commune). Hidupnya pada batang pohon bersifat parasit sehingga jika jamur ini tumbuh pada batang pohon yang masih hidup maka disekitar jamur tersebut batang pohon tersebut akan lapuk.
Menurut Tjitrosoepomo (2009) menyatakan Reproduksi pada jamur kayu (Ganoderma sp.) yang tergolong dalam devisi basidiomycota secara aseksual dengan cara membentuk sporakonidia. Pertemuan dua hifa (+) dan hifa (-), terjadi didalam tanah menjadi tubuh buah (basidiokarp).Perkembangan basidiokarp terjadi di atas permukaann tanah sampai dengan dihasilkannya basidiospora.Pembentukan basidiospora terjadi di dalam basidium yang terletak di permukaan bawah tudung basidiokarp. Basidiomycota bereproduksi secara aseksual dengan permulaan pembentukan spora aseksual Budding yang terjadi ketika suatu perkembangan sel induk dipisahkan menjadi sel baru. Setiap sel dalam organisme dapat kuncup.Pembentukan spora aseksual yang paling sering terjadi di ujung struktur khusus yang disebut konidiospore (Tjitrosoepomo, 2009).
Sedangkan reproduksi seksualnya yaitu dengan cara pembentukan basidiospora pada basidium atau diluar basidium melalui suatu tangkai yang disebut sterigma. Ada bermacam-macam badan buah pembentuk spora pada Basidiomycetes. Dimana tahapan reproduksi seksual pada Basidiomycota ialah (Tjitrosoepomo, 2009) ;
1. Hifa (+) dan hifa (-) yang berinti haploid (n) berkecambah dari basidospora. Kedua hifa ini saling bersinggungan.
2. Plasmogami terjadi antara hifa (+) dan hifa (-) sehingga inti salah satu hifa pindah kehifa lainnya membentuk hifa dengan dua inti haploid (n) yang berpasangan (dikariotik).
3. Hifa haploid dikariotik akan tumbuh menjadi miselium haploid dikariotik.
4. Miselium dikariotik tumbuh dan membentuk badan buah yang disebut basidiokarp.
5. Pada ujung-ujung hifa basidokarp terjadi kariogami sehingga membentuk basidium yang berinti diploid (2n)
6. Inti diploid dalam basidium akan membelah secara meiosis menjadi empat inti yang haploid (n).
7. Basidium membentuk empat tonjolan yang disebut sterigma pada ujungnya.
8. Satu inti haploid pada basidium kemudian masuk ke dalam salah satu sterigma dan berkembang menjadi basidiospora.
9. Jika basidiospora terlepas dari basidium ndan jatuh pada tempat yang sesuai, akan tumbuh menjadi hifa yang haploid (Tjitrosoepomo, 2009).
Menurut Gunawan (2000), kandungan utama G. lucidum adalah protein, polisakarida (ganodelan A, ganodelan B, dan beberapa jenis glukans), triterpenoid (asam ganodermik, ganodermadiol, dan 110 macam lainnya) yang strukturnya mirip hormon steroid, juga germanium, ergosterol, coumarin, mannitol, alkaloid, asam lemak tak jenuh, adenosin, dan berbagai vitamin (B, C, D) serta mineral (natrium, kalsium, seng, besi, fosfor).
Suranto (2002) menyatakan manfaat jamur kayu untuk kesehatan dan kebugaran tubuh antara lain: memelihara dan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap gangguan penyakit, menjaga dan mempertahankan vitalitas tubuh sehingga tetap sehat dan segar, meningkatkan dan memelihara metabolisme di dalam tubuh, memperkuat kerja jantung, memelihara dan meningkatkan gairah seksual, menurunkan kandungan kanker atau tumor akibat senyawa karsinogen.
4.2 Lumut Kerak (Ramalina farinacea)
Gambar Pengamatan
Gambar Literatur
Gambar 4.2 Ramalina farinacea
Sumber: (Woodi, 2011)
Klasifikasi menurut (Alexopoulus, 1996): Kingdom : Plantae
Divisi : Ascolichenes
Kelas : Lecanoromycetes
Ordo : Lecanorales
Famili : Ramalinaceae
Genus : Ramalina
Spesies : Ramalina farinacea
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap spesies yang telah ditemukan di Cangar, didapatkan bahwa Ramalina farinacea merupakan salah satu jenis lichen yaitu frutikosa karena struktur morfologi talusnya bercabang-cabang menggantung pada substrat yaitu pada batang pohon yang lembab dan banyak terdapat air. Talusnya tipis dan pendek, berwarna hijau pudar, struktur talusnya halus dan bentuknya seperti serabut. Menurut Suhono (2012) jenis ini banyak di Indonesia, tumbuh pada batang tanaman dan kayu lapuk dan di batuan. Tubuh buah mengkerut dengan tepian putih. Kerutan tubuh buah berbentuk mirip mangkuk. Berdasarkan pendapat tersebut, pengamatan telah sesuai.
Spesies ini mirip dengan genus Usnea, akan tetapi talusnya berbentuk lembaran bukan silinder dan sedikit lebih lebar daripada spesies dari genus Usnea. Pengamatan tersebut sesuai dengan pendapat Indriani (2004) bahwa Ramalina farinacea secara morfologi tanaman ini memiliki bentuk tubuh yang menyerupai tanaman tingkat tinggi dan memiliki daun semu (lembaran kecil menyerupai daun). Tjitrosoepomo (2009) juga menambahkan bahwa spesies ini memiliki daun-daun sempit.
R. farinacea tumbuh dalam koloni pada batang tumbuhan yang telah lapuk. Daerah dengan kelembapan tinggi amat disukainya, terutama di tepian sungai. R. farinacea ini berkembangbiak secara seksual dan aseksual. Secara seksual dengan apothesia yang tumbuh pada ujung tubuh buah. Di dalam apothesia terdapat askupora yang berisi spora. Perkembangbiakan secar aseksual dilakukan dengan potongan atau pemutusan bagian tubuh buah yang terpisah. Tubuh buah ini kemudian tumbuh menjadi individu baru dan mengeluarkan banyak tubuh buah berupa batang-batang-batang kecil bercabang (Suhono, 2012).
Secara tradisional, jenis liken ini di manfaatkan sebagai bahan obat, antara lain untuk mengobati diare, disentri dan pegel linu. Liken ini juga digunakan sebagi anti biotik dan anti jamur pada luka dan pembekakan, serta mengatasi infeksi paru-paru dan TBC (Suhono, 2012).
4.3 Lumut Daun (Polytrichum sp.)
Gambar Pengamatan
Gambar literature
Polytrichum sp.
Sumber : (Kuo, 2011)
Klasifikasi Polytrichum sp. menurut Aslan (1998):
Kingdom: Plantae
Divisi: Bryophyta
Classis: Bryopsida
Ordo: Polytricales
Familia: Polytrichaceae
Genus: Polytrichum
Spesies: Polytrichum sp.
Hasil pengamatan pada spesies lumut (Bryophyta) didapat spesies yang bernama Polytrichum sp. Menurut Setyawan (2000), menyatakan bahwa salah satu anggota kelas Bryopsida yang sangat terkenal adalah genus Polytrichum. Kapsul spora tegak, gigi peristom sebanyak 2-64 buah, terdiri dari sel-sel utuh, tidak bergaris-garis dengan dinding-dinding menebal dan panjang. Daun kecil, dengan lamela membujur di sisi-sisinya. Susunan daun khas, merupakan bentuk adaptasi terhadap kekurangan air. Daunnya berwarna hijau dan sel-sel lapisan atas mengandung banyak klorofil. Hasil pengamatan pada Polytrichum sp. ini telah sesuai dengan literatur di atas bahwa warna thallus pada Polytrichum sp. berwarna hijau. Spesies ini memiliki bentuk tubuh yang menyerupai tanaman tinggi, memiliki daun semu, tidak terdapat seta dan kaliptra, tinggi thallus kurang lebih 3 cm.
Habitat Polytrichum sp. ini di zona amofibious, lebih suka hidup di pinggir sungai, tanah liat, batuan, kayu-kayu kering, lumpur dan gundukan pasir. Habitat tersebut sesuai dengan pendapat Setyawan (2000) bahwa Polytrichum sp. termasuk divisi Bryophyta yang sering melimpah di tempat lembab, lumut ini sensitif terhadap polusi udara, dan di tempat yang mengalami polusi berat mereka sering tidak tumbuh.
Spesies ini memiliki sel pengangkut untuk mengangkut air dan makanan, baik pada gametofit maupun sporofit. Gametofit membentuk stadium sementara yang lemah (protonema), mengandung cabang seksual tegak (gametofit berdaun). Cabang ini tumbuh menjadi individu baru setelah protonema tereduksi. Cabang seksual dibedakan menjadi daun dan batang, biasanya simetri radial. Alat kelamin dibentuk dari sel superfisial dorsal batang. Pertumbuhan sporofit terbatas, terdiri dari kaki, seta
dan kapsul atau hanya kaki dan kapsul saja. Jaringan sporogen, kapsul dibentuk dari endotesium atau amfitesium embryo, kadang-kadang dikelilingi kolumela (Setyawan, 2000).
Richardson (1981) dalam Windadri dan Siti (2009) melaporkan bahwa beberapa jenis anggota dari marga Polytrichum dimanfaatkan untuk memperindah taman di sekitar pura Saihoji di kaki Gunung Kornzan di sebelah barat Kyoto. Selain ini Polytrichum digunakan sebagai indikator terhadap kondisi asam serta memiliki mineral dan unsur hara yang kaya.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Simpulan yang didapat berdasarkan KKL di Tahura R. Soeryo adalah:
1. Ganoderma lucidum merupakan spesies jamur yang mempunyai karakteristik berwarna cokelat muda, berbentuk setengah lingkaran dan agak cekung seperti kipas, talusnya berbentuk lembaran tipis sedikit keras dengan tekstur bersifat seperti kayu, menempel pada kayu yang sudah mati dan lapuk. Ganoderma biasa dilihat tumbuh pada pohon yang masih hidup ataupun yang sudah mati. Reproduksi basidiomycota secara aseksual dengan cara membentuk sporakonidia. Sedangkan reproduksi seksualnya yaitu dengan cara pembentukan basidiospora
2. Ramalina farinacea merupakan spesies liken yang mempunyai karakteristik talusnya bercabang-cabang menggantung pada substrat yaitu pada batang pohon yang lembab dan banyak terdapat air. Talusnya tipis dan pendek, berwarna hijau pudar, struktur talusnya halus dan bentuknya seperti serabut. Reproduksi secara seksual dengan apothesia yang tumbuh pada ujung tubuh buah. Sedangkan secara aseksual dengan fragmentasi talus.
3. Polytrichum sp. merupakan spesies lumut yang mempunyai karakteristik warna thallus pada Polytrichum sp. berwarna hijau. Spesies ini memiliki bentuk tubuh yang menyerupai tanaman tinggi, memiliki daun semu, tidak terdapat seta dan kaliptra, tinggi thallus kurang lebih 3 cm. Habitat Polytrichum sp. ini di zona amofibious. Reproduksi lumut ini secara seksual dengan spora yang dihasilkan oleh sporofit. Sedangkan secara aseksual dengan fertilisasi yang dihasilkan oleh gametofit.
5.2 Saran
Diharapkan para praktikan membentuk tim dalam melakukan pengamatan. Hal ini bertujuan untuk efektifitas dalam pengamatan serta efisiensi waktu.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2014. Perlindungan Hutan Dan Koservasi Alam. https://www.google.com/ Diakses 12 November 2014
Arif, dkk. 2007. Isolasi Dan Identifikasi Jamur Kayu Dari Hutan Pendidikan Dan Latihan Tabo-Tabo Kecamatan Bungoro Kabupaten Pangkep. Jurnal Perennial. Vol 3. No. 2
Aslan, L. M. 1998. Budidaya Jamur. Yogyakarta: Kanisius
Darnetty. 2006. Pengantar Mikologi. Andalas Universiti Press: Padang.
Dwidjoseputro. 1998. Dasar-Dasar Mikrobilogi. Djambatan: Jakarta.
Gunawan, A.W. 2000. Usaha Pembibitan Jamur. Jakarta: Penebar Swadaya
Hidayat, Nur dkk. 2006. Mikrobiologi Industri. Andi: Yogyakarta
Indah, N. 2009. Taksonomi Tumbuhan Tingkat Rendah (Schyzophyta,Thallophyta, Bryophyta, Pteridophyta). Jurusan Biologi FP MIPA Institut Keguruan Ilmu Pendidikan PGRI Jember
Indriani. 2004. Biologi Interaktif. Jakarta: Azka Press
Kimball, J.W. 1998. Biologi Jilid 3 Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga
Kuo. 2011. http://www.photograph.com/ Diakses 12 November 2014
Lay, Bibiana W. 1994. Analisis Mikroba Dilaboratorium. Raja Gratindo Persada: Jakarta.
Perlczar, Michael. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI-Press: Jakarta.
Pratiwi, Sylvia T. 2004. Mikrobiologi Farmasi. Erlangga: Jakarta.
Sabariah, Sukiman. 2000. Biologi. Bandung: Grafindo
Schofield, W.B. 1927. Introduction to Bryology. Columbia: Departemen of Botany Unversity of British Columbi
Setyawan, Ahmad Dwi. 2000. Petunjuk Praktikum Tumbuhan Rendah I (Cryptogamae). Surakarta: UNS
Suhono, Budi. 2012. Ensiklopedia Biologi Dunia Tumbuhan Runjung Dan Jamur. Jakarta: Lentera Abadi
Sulisetijono. 2009. Fungi. Malang: UIN Press
Suranto. 2002. Budidaya Jamur Kayu. Jakarta: Agromedia Pustaka
Tambunan, B. 1989. Deterotasi Kayu oleh fakultas Biology. Bogor: IPB
Tjitrisoepomo, Gembong. 2009. TaksonomiTumbuhan. Yogyakarta: UGM Press
Windadri. 2009. Keragaman Lumut di Resort Karang Ranjang, Taman Nasional Ujung Kulon, Banten. Jurnal Teknik Lingkungan. Vol 10. No 1
Woodi. 2011. Plantamor. http://www.plantamor.com Diakses 12 November 2014
Yulianto, Suroso Adi. 1992. Pengantar Cryptogamae. Bandung: TARSITO
Yuliasari, dkk. 2011. Penurunan Kebutuhan Oksigen Kimiawi Limbah Jumputan Menggunakan Lumut Hati. Jurnal Penelitian Sains. Vol 14. No 1
Yurnaliza. 2002. Lichenes (Karakteristik, Klasifikasi Dan Kegunaan). Jurusan Biologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara