Evolusi:
Sebuah Teori, Bukan Sebuah Mitos,
Relevan
dengan Ilmu Agama
Oleh
Meike Tiya Kusuma
Bagaimana Pemahaman Teori Evolusi Selama
Ini?
Bermula dari pertanyaan
tersebut, dapat diketahui bahwa selama ini telah terjadi kesenjangan pemikiran dan
pemahaman mengenai teori evolusi. Kebenarannya masih menjadi sebuah pembahasan
yang belum menemukan sebuah titik temu. Berbagai perdebatan masih banyak
terjadi di kalangan evolusionis (pendukung) ataupun kreasionisme (penentang), dua
arus yang mendominasi terkait asal usul makhluk hidup. Bahkan dalam buku The Natural History Museum (2008)
disebutkan bahwa dari awal kemunculan teori evolusi Darwin telah memunculkan
polemik dari berbagai kalangan
naturalis (ilmuwan), akademisi
maupun agamawan. Sehingga tidak heran jika teori evolusi sampai saat ini pun
masih menjadi topik yang menarik untuk dibahas. Selama ini banyak pendapat yang
menyatakan bahwa evolusi dan agama itu bertentangan, tidak sejalan bahkan tidak
dapat disatukan.
Apa itu Evolusi?
Evolusi adalah suatu proses
perubahan makhluk hidup secara bertahap dan membutuhkan waktu yang lama dari
bentuk yang sederhana, menjadi bentuk yang lebih kompleks. Evolusi ini terjadi
dari satu generasi ke generasi. Diperlukan waktu jutaan tahun agar perubahan
tersebut nampak lebih jelas (Campbell, 2008). Evolusi ini berkaitan erat
sekali dengan ilmu genetika karena pada dasarnya, gen yang merupakan sekuens
DNA pengkode sifat tertentulah yang menjadi dasar adanya evolusi. Berbagai
macam teori evolusi yang dicetuskan oleh berbagai tokoh, akan menjadi dasar
pemikiran tentang evolusi selanjutnya. Menurut Luthfi (2005)
dalam jurnalnya menyebutkan:
“Evolusi
adalah konsep terpenting dalam biologi. Bahkan, seorang ahli genetika,
Dobzhansky (1973), mengatakan bahwa tidak ada yang masuk akal dalam biologi
kecuali ditinjau dari sudut pandang evolusi. Teori evolusi menjelaskan mengapa
jutaan spesies dapat eksis. Prinsip ini mempersatukan keseluruhan sejarah
kehidupan. Secara ringkas evolusi menyatakan bahwa keanekaragaman bentuk
kehidupan muncul sebagai hasil perubahan susunan genetiknya.
Organisme-organisme modern merupakan keturunan dari bentuk-bentuk kehidupan
sebelumnya yang mengalami modifikasi. Studi evolusi biologi memerlukan banyak
pemahaman mengenai genetika, biokimia, embriologi, biogeografi, geologi,
biologi, paleontologi, biologi molekuler, dan lain sebagainya.”
Berdasarkan pendapat
tersebut dapat diketahui bahwa teori evolusi merupakan konsep penting dalam
ilmu biologi. Hal ini dikarenakan teori evolusi ini berhubungan erat dengan
perubahan-perubahan yang terjadi dalam makhluk hidup, sehingga teori evolusi
dapat dijadikan dasar untuk mengetahui perkembangan makhluk hidup. Teori
evolusi ini juga berkaitan dengan banyak ilmu lain seperti embriologi, biologi
molekuler, genetika, geologi dan lain-lain sepeti yang telah disebutkan
sebelumnya.
Kontroversi
Antara Teori Evolusi dan Agama
Selama ini evolusi
dianggap bertentangan dengan ilmu agama terutama agama Islam yang berpedoman
pada Al-Qur’an. Akan tetapi, dalam menyikapi teori evolusi tidak semua tokoh-tokoh
Islam menolak dan mendukung teori evolusi sepenuhnya. Sebagaimana yang telah
dijelaskan Arifien (2010) dalam bukunya bahwa setiap muslirn wajib mempercayai
segala sesuatu yang terdapat di dalam Al-Qur'an. Namun demikian, tidak dapat
memaksa orang lain untuk membenarkan atau menolak suatu teori ilmiah berdasar
Al-Qur’an. Apabila hal ini dilakukan, konsekuensinya seseorang akan menerima
atau menolak suatu teori ilmiah sebagai bagian dari suatu aqidah Al-Quran. Hal
tersebut juga terjadi pada teori evolusi, dimana sebagian ilmuwan muslim
mengingkari teori evolusi dengan beberapa ayat Al-Qur’an dan sebagian lagi
membenarkan dengan ayat Al-Qur’an.
Para tokoh Islam
mempunyai dasar sendiri yang dijadikan sebagai pedoman untuk mendukung argumentasinya.
Sebagaimana contoh yang dikemukakan Khadafi (2008), tokoh Islam moderat
diwakili oleh Abbas Mahmud Al-Aqqad yang menyatakan bahwa teori belum dapat
dipastikan kebenarannya karena pendukung teori tersebut belum dapat menyebutkan
satu binatang yang mengalami evolusi dari jenis yang satu ke jenis yang lain.
Akan tetapi, teori evolusi juga dikatakan mutlak salah, sebab penciptaan
manusia dari tanah tidak mengingkari terjadinya evolusi dari tanah bukan
menjadi tanah.
Kontroversi yang
terjadi pada umat Islam menurut Arifien (2010) sebenarnya adalah kontroversi
dalam menafsirkan Al-Qur’an. Dalam menafsirkan Al-Qur’an sebagai kalamullah yang memiliki aspek lahiriyah dan batiniyah
sekaligus, maka kita harus mampu membebaskan diri dari dimensi waktu dan ruang.
Sebagai konsekuensi dari hal tersebut, Al-Qur’an memiliki makna yang tidak
satu. Tetapi, bagaimanapun beragamnya penafsiran Al-Qur’an yang disajikan, maka
kita harus mampu menempatkan sifat-sifat Ilahiyah ke posisi yang paling tinggi
dan universal. Oleh karena itu, penafsiran suatu ayat bisa ditempatkan pada
berbagai skala ruang dan waktu. Sebagai contoh: apabila ayat bercerita tentang
manusia, maka tafsiran manusia tersebut bisa individu, suatu kaum atau seluruh
umat manusia.
Berdasar pendapat-pendapat
yang telah dijelaskan tersebut, karena evolusi merupakan sebuah teori, maka
kebenarannya pun harus diuji terlebih dahulu. Oleh karena itu, evolusi tidak
salah bahwa muncul banyak pertanyaan, pendapat maupun perdebatan mengenai
kebenaran teori tersebut, ada yang mendukung dan ada pula yang menolak. Hal ini
dikarenakan teori-teori ilmiah yang ada tidak dapat dibenarkan atau disalahkan
begitu saja berdasar ayat-ayat Al-Qur'an.
Lantas,
Haruskah Evolusi Bertentangan dengan Agama?
Pertanyaan tersebut
dapat dijawab dengan memahami teori evolusi dari berbagai sumber dan dengan
pikiran terbuka serta mecari kebenarannya dari Al-Qur’an. Sebagaimana para
tokoh-tokoh Islam yang mendukung teori evolusi, mereka membenarkan teori
evolusi dengan berbagai dasar ayat-ayat yang ada dalam Al-Qur’an.
Ada
beberapa ayat-ayat Al-Qur’an yang sesuai dengan teori evolusi yaitu:
“Mengapa kamu
tidak percaya akan kebesaran Allah? Padahal Dia sesungguhnya telah menciptakan
kamu dalam beberapa tingkat kejadian.” (Q.S. Nuh: 13-14).
Ayat tersebut digunakan
sebagai dasar bagi tokoh Islam yang mendukung teori evolusi. Mereka menafsirkan
fase-fase tersebut adalah sesuai dengan fase-fase yang diakui oleh penganut
teori evolusi Darwin tentang proses kejadian manusia. Berdasarkan ayat tersbut
telah disebutkan bahwa penciptaan manusia melalui beberapa tahap. Sehingga
kembali pada pengertian awal bahwa evolusi yang menjelaskan mengenai
perubahan-perubahan secara bertahap pada tubuh makhluk hidup yang berlangsung
dari generasi ke generasi. Oleh karena itu, ayat tersebut telah sesuai dan
dapat dijadikan dasar bagi teori evolusi.
Selain itu ada pula ayat
lain:
“...Adapun buih
itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun yang memberi
manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi.” (Q.S. Ar Ra'd:
17).
Ayat tersebut digunakan
sebagai penguat kebenaran teori "struggle
for life" yang menjadi salah satu landasan teori Darwin yakni seleksi
alam. Seleksi alam menjelaskan hubungan antara makhluk hidup dan kemampuan
adaptasimya di alam, di mana spesies yang bertahan adalah spesies yang paling
adaptif. Luthfi dan Khusnuryani (2005) menyatakan ada dua gagasan utama Darwin
dalam bukunya On the Origin of Species.
Pertama adalah spesies-spesies yang ada sekarang ini merupakan keturunan dari
spesies moyangnya. Dalam edisi pertama bukunya, Darwin tidak menggunakan kata
evolusi. Dia menyebutnya modifikasi keturunan (descent with modifcatioii). Gagasan utama yang kedua adalah seleksi
alam sebagai mekanisme modifikasi keturunan. Ketika seorang ahli biologi
mengatakan "teori evolusi Darwin" maksudnya adalah seleksi alam
sebagai penyebab evolusi, bukan fenomena evolusi itu sendiri.Selain itu surat
Al An'am ayat 133 juga dianggap mendukung teori evolusi.
“Dan Tuhanmu
Maha Kaya lagi mempunyai rahmat. jika Dia menghendaki niscaya Dia memusnahkan
kamu dan menggantimu dengan siapa yang dikehendaki-Nya setelah kamu (musnah),
sebagaimana Dia telah menjadikan kamu dari keturunan orang-orang lain.” (Q.S. Al-An’am:
133)
Ayat tersebut telah menyebutkan “sebagaimana Dia telah menjadikan kamu dari keturunan orang-orang lain”
menurut konsep evolusi adalah benar. Orang lain di sini maksudnya adalah orang
tua dan para pendahulunya seperti kakek, nenek dan nenek moyangnya. Luthfi dan
Khusnuryani (2005) menyatakan bahwa dari ayat tersebut ada yang memahaminya
bahwa suatu spesies berasal dari spesies lain atau suatu makhluk yang ada
berasal dari makhluk sebelumnya. Berdasarkan tafsiran tersebut dapat saja
disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan antara konsep Al-Qur’an dengan konsep
ilrnu pengetahuan tentang asal usul manusia. Hal yang perlu diperhatikan adalah
bahwa ayat-ayat tersebut tidak dapat dipaksakan menjadi dasar pembenar teori Darwin,
tetapi bukan berarri pula bahwa teori tersebut adalah salah menurut Al-Qur’an.
Al-Qur'an tidak menjelaskan secara rinci apakah penciptaan makhluk hidup
melalui proses evolusi atau penciptaan terpisah.
Mayr (1986) berpendapat
bahwa evolusi adalah suatu teori bukanlah fakta yang tidak pasti atau fakta
yang kurang sempurna. Tidak pula menggambarkan tingkat kepercayaan yang lebih
rendah. Teori merupakan suatu gagasan sistematis yang dapat menjelaskan alasan
suatu fakta dapat tetap eksis dan dipertahankan. Oleh karena itu, teori
membantu dalam memahami bagaimana fakta tersebut terinterpretasi dan kaitannya
dengan seluruh kehidupan, sehingga tidak berarti bahwa teori evolusi adalah
sebuah mitos belaka. Akan tetapi evolusi merupakan sebuah teori yang mendorong pemahaman
terhadap fakta yang ada.
Faktanya semua makhluk
hidup baik manusia, tumbuhan maupun hewan tidak ada yang sama persis, semuanya
berbeda. Hal ini dikarenakan setiap organisme memiliki kode genetik yang ada
dalam lokus kromosom dan membawa sifat tertentu/spesifik yang susunannya
berbeda-beda pada tiap organisme serta terdapat dalam lokus kromosom. Kejadian
variasi makhluk hidup di alam ini disebabkan oleh adanya perbedaan susunan gen
tiap individu yang dikenal dengan variasi genetik. Dari sinilah dapat diketahui
bahwa adanya hubungan yang erat antara teori evolusi dan ilmu genetika.
Sebagaimana pendapat
Arifien (2010) bahwa salah satu karakteristik evolusi adalah adanya perubahan
secara terus menerus yang ada kaitannya dengan pewarisan sifat. Pewarisan dan perubahan dapat terjadi
secara internal (dalam diri, genetic
drift) atau secara eksternal (luar diri, seleksi alam-gene flow). Evolusi yang erat kaitannya dengan
genetik terdapat pula dalam Al-Qur’an yang menjelaskan tentang DNA.
“Kami akan memperlihatkan kepada
mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami
di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi
mereka bahwa Al-Qur’an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi
kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu”. (Q.S. Fusshilat : 53)
Telah jelas bahwa tanda-tanda kekuasaan Allah yang ada
pada diri manusia dan menjadi pembeda adalah DNA yang mana sekuens DNA yaitu
gen berperan dalam pewarisan sifat yang diturunkan pada generasi selanjutnya. Proses
pewarisan gen terhadap keturunannya dapat dijelaskan melalui evolusi. Sifat
fenotipe yang mirip antara orang tua dan anak-anaknya merupakan contoh
penerapan ilmu genetika yang prosesnya dijelaskan melalui teori evolusi. Ovum
dan sperma masing-masing memiliki kromosom haploid (n). Saat terjadi
fertilisasi, ovum (n) dan sperma (n) bergabung untuk membentuk zigot yang nantinya
membentuk individu baru. Individu baru ini memiliki sifat diploid. Proses
pembentukan individu dari zigot, fetus, bayi hingga dewasa itulah merupakan
contoh proses evolusi dimana terjadi perubahan bentuk dari zigot hingga dewasa.
Jika tidak terjadi perubahan inilah yang menimbulkan kewaspadaan karena diduga
terjadi kelainan.
Proses tersebut tidak
hanya terjadi pada manusia melainkan hewan dan tumbuhan pula. Tumbuhan juga
mengalami proses yang sama di mana tumbuhan yang terbentuk dari proses penyatuan
gamet betina dan jantan yang kemudian menjadi biji dan berkembang terus hingga
menjadi tumbuhan dewasa yang telah lengkap. Proses ini telah sesuai dengan
Al-Qur’an surat Nuh ayat 13-14 seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa
“...sesungguhnya telah menciptakan kamu dalam
beberapa tingkat kejadian..” yang artinya proses terbentuknya makhluk hidup
itu bertahap disertai perubahan. Oleh karena itu salah besar jika teori
dianggap bertentangan dengan ilmu agama. Nah di sinilah sudah terjadi proses evolusi. Jadi,
pertanyaan “Haruskah Evolusi Bertentangan dengan Agama?” Jawabannya adalah
TIDAK, bahkan adanya relevansi antara teori evolus dan agama.
REFERENSI
Arifien,
H. 2010. Bagaimana Sufisme Menjelaskan
Evolusi Makhluk Hidup. Jakarta: Republika.
Campbell,
N.A. 2008. Biologi Jilid II. Jakarta: Erlangga.
Khadafi,
Mohammad. 2008. Kritik dan Pandangan Harun Yahya
Terhadap Teori Evolusi Manusia (Evolusionisme). Yogyakarta: Fakultas
Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga.
Luthfi,
M. J. dan A. Khusnuryani. 2005. “Agama
dan Evolusi: Konflik atau
Kompromi”. Jurnal Kaunia. Vol. 1 No.
1.
Mayr,
E. 1986. "Uncertainty in Science: Is The Giant Panda a Bear or a
Racoon?" Nature. Vol 323, p. 769.
Shihab,
M. Quraish. 2013. Wawasan Alquran: Tafsir
Tematik atas Pelbagai Persoalan Umat. Bandung: Mizan.
The
Natural History Museum. 2008. Timeline of
Charles Darwin’s life. London.
0 comments:
Post a Comment