Pages

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Thursday, October 16, 2014

KKL Kndang merak kelompok 2



LAPORAN KKL (KULIAH KERJA LAPANGAN) MAKROALGA DI PANTAI KONDANG MERAK MALANG SELATAN

Dosen Pengampu:
Drs. Sulisetijono, M.Si
Ainun Nikmati Laily, M.Si

Description: C:\Users\tiwi\Pictures\My Privacy\UIN mlg\images.jpg

Disusun Oleh:
Ikbalullah M K          13620013
Dian Eka Pratiwi      13620046
Ismi Anni Aslikhah   13620055
Zainuna Zuhro          13620066
Nadia Alfa Sakinah  13620076

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2014

KATA PENGANTAR


Puji syukur Alhamdulillah kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia-NYA, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan KKL (Kuliah Kerja Lapangan) ini tepat pada waktunya. Laporan KKL (Kuliah Kerja Lapangan) ini kami susun dalam rangka memenuhi salah satu syarat penilaian mata kuliah Botani Tumbuhan Tidak Berpembuluh
Pembuatan Laporan KKL (Kuliah Kerja Lapangan) ini menggunakan metode studi pustaka dan observasi lapangan, yaitu mengumpulkan dan mengkaji materi yang dibahas dari berbagai referensi. Kami gunakan metode pengumpulan data ini, agar makalah yang kami susun dapat memberikan informasi yang akurat.
Selain itu, tak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada seluruh aspek yang telah membantu kami dalam penyelesaian Laporan KKL (Kuliah Kerja Lapangan) ini. kami menyadari bahwa Laporan KKL (Kuliah Kerja Lapangan) ini masih sangat jauh dalam kesempurnaan. Oleh karena itu kami memohon kritik serta saran yang membangun sehingga dapat membantu kami dan memajukan kualitas serta kemampuan kami dalam penyusunan Laporan KKL (Kuliah Kerja Lapangan). Atas perhatiannya kami mengucapkan Terima kasih.

Malang, 16 Oktober 2014

DAFTAR ISI

Cover……………………………………………………………………………………………... i



BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang melimpah baik flora maupuan fauna, keanekaragaman hayati dapat memberikan manfaat  bagi masyarakat, diantaranya dapat memenuhi kebutuhan manusia yang mengandung protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral. Protein sebagai salah satu sumber pembagun tubuh dapat berasal dari tumbuhan (nabati) dan hewan (hewani).
Dalam mengetahui klasifikasi, taksonomi, kekerabatan dan asal-usul suatu makhluk hidup diperlukan sistematika.Tumbuhan ganggang (Algae) merupakan tumbuhan talus yang hidup di air, baik air tawar maupun air laut, setidak-tidaknya selalu menempati habitat yang lembab atau basah. Tumbuhan talus ialah tumbuh tumbuhan yang belum dapat dibedakan dalam tiga bagian utamanya, yang disebut akar, batang dan daun. Tubuh yang berupa talus itu mempunyai struktur dan bentuk dengan variasi yang sangat besar. Tumbuhan yang memiliki ciri utama berbentuk talus dimasukkan ke dalam Divisi Thallophyta.
Untuk mempelajari Divisi Algae baik secara morfologi maupun habitat, perlu diadakannya pengamatan secara langsung terhadap objek yang akan diteliti dengan KKL (Kuliah Kerja Lapangan), sehinggga mahasiswa dapat lebih mudah untuk mengidentifikasi baik ciri–ciri mofologi (penampakan luar) maupun habitatnya, dalam hal ini maka Kuliah Kerja Lapangan  dengan mengamati spesies–spesies tumbuhan dari Divisi Algae di Pantai Kondang Merak, Malang Selatan sebagai Kuliah Kerja Lapangan (KKL) secara terorganisir.
Pentingnya dilakukannya Kuliah Kerja Lapangan (PKL) Divisi algae secara terorganisir adalah agar mahasiswa  mengetahui tumbuhan-tumbuhan tingkat rendah dari Divisi Alga secara langsung untuk diamati bagian-bagian dan ciri-ciri khususnya kemudian digunakan sebagai acuan dalam mengidentifikasi. Selain itu agar mahasiswa mengetahui warna, bentuk dan habitat asli dari Divisi Algae karena pada waktu praktikum di laboratorium warna dan bentuk preparat atau sampel alga sudah berubah karena diawetkan, sehingga diperlukan untuk melihat preparat atau sampel alga dengan morfologi dan habitat dalam bentuk aslinya.


1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari diadakannya KKL (Kuliah Kerja Lapangan) ini adalah bagaimana organisasi thalus, morfologi dan siklus hidup atau reproduksi alga di Pantai Kondang Merak, Malang Selatan?

1.3 Tujuan

Tujuan dari KKL (Kuliah Kerja Lapangan) ini adalah untuk mempelajari organisasi thalus, morfologi dan siklus hidup atau reproduksi alga di Pantai Kondang Merak, Malang Selatan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Makroalga

Alga adalah organisme berklorofil, tubuhnya merupakan thalus (uniseluler dan multiseluler), alat reproduksi pada umumnya berupa sel tunggal, meskipun ada juga alga yang alat reproduksinya tersusun dari banyak sel (Sulisetijino, 2009).
Menurut Sulisetijono (2009), ada tiga ciri reproduksi seksual pada alga yang dapat digunakan untuk membedakannya dengan tumbuhan hijau yang lain. Ketiga ciri yang dimaksud adalah:
1.      Pada alga uniseluler sel itu sendiri berfungsi sebagai sel kelamin (gaimet).
2.      Pada laga multiseluler, gametangium (organ penghasil gamet) ada yang berupa sel tunggal, dan ada pula gametangium yang tersusun dari banyak sel.
3.      Sporangium (organ penghasil spora) dapat berupa sel tunggal, dan jika tersusun dari banyak sel, semua penyusun sporangium bersifat fertile.
Makroalga termasuk tumbuhan tingkat rendah. Walaupun tampak adanya daun, batang, dan akar bagian-bagian tersebut hanya semu belaka (Yulianto, 1996).
Makroalga merupakan tumbuhan talus yang hidup di air, setidak-tidaknya selau menempati habitat yang lembab atau basah. Selnya selalu jelas mempunyai inti dan plastid, dan dalam plastidanya terdapat zat-zat warna derifat klorofil, yaitu klorofil a dan b atau kedua-duanya. Selain derifat-derifat klorofil terdapat pula zat-zat warna lain, dan zat warna lain inilah yang jistru kadang-kadang lebih menonjol dan menyebabkan ganggang tertentu diberi nama menurut warna tadi. Zat-zat warna tersebut berupa fikosianin (warna biru), fikosantin (warna pirang) dan fikoerotrin (warna merah). Disamping itu juga biasa ditemukan zat-zat warna santofil dan karotin (Tjitrosoepomo, 1998).

2.2 Morfologi Makroalga

Alga atau ganggang adalah kelompok talophyta yang berklorofil. Berdasarkan ukuran struktur tubuhnya, alga di bagi dalam 2 golongan besar yaitu:
1.      Makroalga, yaitu alaga yang mempunyai bentuk dan ukuran tubuh mkroskopik.
2.      Mikroalga, yaitu alga yang mempinyai bentuk tubuh yang mikroskopik
Menurut sulisetijono (2000), kajian fisiologi dan bio kimia dan dilengkapi dengan penggunaan mikroskop electron, maka dasa perngelompokan alga yang utama adalah sebagai berikut:
1.      Pigmentasi: alga mempunyai berbagai warna, pigmen pun telah ditemukan. Semua golongan alga mengandung klorofil dan beberapa karotenoit. Dalam pigmen karotenoid termasuk karoten dan santofil. Disamping pigmen tersebut ada pula pigmen fikobiliprotein, pigmen ini terdapat dalam alga merah
2.      Hasil fotosintesi yang disimpan sebagai cadangan makanan: cadang makanan umumnya disimpan dalam sitoplasma sel, kadang-kadang di dalam plastida ditempat berlangsungnya fotosintesis. Bentuk paling umum adalah tepung senyawa yang menyerupai tepung, lemak, atau minyak. Beberapa alga tampaknya membebaskan sebagian materi yang berlebihan kelingkungannya dan mungkin menggunakan lingkungannya sebagai tempat penyimpanan materi yang dibebaskan ini mungkin kembali lagi ke sel kemudian hari.
3.      Motilitas: organisme sebagian besar hidupnya motil, sedangkan bagian lainnya tidak mempunyai motilitas atau tidak mempunyai sel reproduktif yang motil. Sebagian alga tidak bergerak aktif ketika ia dewasa, tetapi kadang-kadang dalam stadium reproduktif mempunyai sel-sel motil misalnya pada alga coklat (Phaeophyceae) yang bentik atau alga hijau yang bentik.
Bagian-bagian rumput laut secara umum yaitu holdfast yaitu bagian dasar dari rumput laut yang berfungsi untuk menempel pada substrat dan talus yaitu bentuk-bentuk pertumbuhan rumput laut yang menyerupai percabangan. Tidak semua rumput laut bisa diketahui memiliki holdfast atau tidak. Rumput laut memperoleh atau menyerap makanannya melalui sel-sel yang terdapat pada talusnya. Nutrisi terbawa oleh arus air yang menerpa rumput laut akan diserap sehingga rumput laut bisa tumbuh dan berkembangbiak. Perkembangbiakan rumput laut melalui dua cara yaitu generative dan vegetative (Junaedi, 2004).

2.3 Klasifikasi Makroalga

Salah satu potensi biota laut perairan Indonesia adalah makroalga atau dikenal dalam perdagangan sebagai rumput laut (seaweed). Makroalga laut ini tidak mempunyai akar, batang, dan daun sejati yang kemudian disebut dengan talus, karenanya secara taksonomi dikelompokkan kedalam divisi Thallophyta. Tiga kelas cukup besar dalam divisi ini adalah Chlorophyta (alga hijau), Phaeophyta (alga coklat), Rhodophyta (alga merah) (Waryono, 2001).
            Pada umumnya divisi alga yang banyak hidup di lingkungan laut dan tubuh tersusun secara multiseluler adalah divisi Chlorophyta, Phaeophyta dan Rhodophyta. Sedang divisi lain yang umumnya berukuran makroskopik dan hidup sebagai fitoplankton (Smith dalam Sulisetijono, 2000).

2.4 Chlorophyta

Alga ini merupakan kelompok terbesar dari vegetasi alga. Alga hijau (Chlorophyceae) termasuk dalam divisi Cholophyta. Perbedaan dengan divisi lainnya karena memiliki warna hijau yang jelas seperti pada tumbuhan tingkat tinggi karena mengandung pigmen kllorofil a dan b, karotin dan xantofil, fiolasantin, dan lutein. Pada kloroplas terdapat piretenoid, hasil asimilasi berupa tepung dan lemak. Hasil asimilasi beberapa amilum, penyusunnya sama seperti pada tumbuhan tingkat tinggi yaitu amylase dan amilopektin. Beberapa xantofil jumlahnya melimpah ketika organisme tersebut masih muda dan sehat, xantofil lainnya kan tempak den dan bgan bertambahnya umur. Pigmen selalu berada dalam plastid ini disebut kloroplas. Dinding sel lapisan luar terbentuk dari bahan pectin sedangkan lapisan dalam dari selulusa. Contohnya: Entermorpha, Caulerpa, Halimeda dan Spirulina. Alga hijau yang tumbuh di laut disepanjang perairan yang dangkal. Pada umumnya melekat pada batuan dan seringkali muncul apabila air menjadi surut (Bachtiar, 2007 ; Sulisetijono, 2009; tjitrosoepomo, 1989).
Chlorophyceae terdiri atas sel-sel kecil yang merupakan koloni berbentuk benang bercabag atau tidak ada yang membentuk koloni yang menyerupai kormus tumbuhan tingkat tinggi (Tjitrosoepomo, 1989).
Chlorophyceae selnya biasanya berdinding dan beberapa badan-badan untuk berkembangbiak tidak berdinding. Komponen penyusun dinding sel adalah selulosa (Sulisetijono, 2000).
Amilum dari Chlorophyceae seperti pada tumbuhan tingkat tinggi, tersusun sebagai rantai glukosa tak bercabang yaitu amylose dan rantai yang bercabag amilopektik. Sering kali amilum tersebut terbentuk dalam granula bersama dengan badan protein dalam plastid disebut perinoid. Selain itu Chlorella salah satu anggota dari Chlophyceae memiliki nilai gizi yang sangat tinggi dibandingkan jenis jasat lain. Didalam sel Chlorella masih pula terdapat Chlorellin yaitu semacam anti biotik yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri. (Sulisetijono, 2009).
Menurut juana (2009), tercatat sedikitnya 12 genus alga hijau yang banyak diantaranya sering dijumpai diperairan pantai Indonesia. Berikut ini adalah genus-genus alga hijau diantaranya adalah:
1.      Caulerpa, yang dikenal beberapa penduduk pulau sebagai anggur laut yang terdiri dari 15 jenis dan 5 varietas
2.      Ulva, mempunyai thallus berbentuk lembaran tipis seperti selada, oleh karenya dinamakan selda laut. Ada tiga jenis yang tercatat satu diantaranya yaitu Ulva Lactuca.
3.      Valonia (V.ventricosa), mempunyai thallus yang membentuk gelembung berisi cairan yang berwarna ungu atau hijau mengkilat.
4.      Dictyosphaera, dan jenis-jenis dari marga ini di nusa tenggara barat dinamakan bulung dan dimanfaatkan sebagai sayuran
5.      Halimeda, terdiri dari 18 jenis. Marga ini berkapur dan menjadi salah satu penyumbang endapan kapur dilaut.
6.      Chaetomorpha, mempunyai thallus atau daunnya berbentuk benang yang menggumpal
7.      Codium, hidup menempel pada batu atau karang tercatat ada 6 jenis
8.      Udotea, tercatat dua jenis dan banyak terdapat diperairan Sulawesi
9.      Tydemania, tumbuh dipaparan terumbu karang yang dangkal dan didaerah tubir 5-30 m diperairan jernih.
10.  Burnetella, menempel pada karang mati dan pecahan karang dipaparan terumbu.
11.  Burgenesia, mempunyai thallus membentuk kantung silendrik berisi cairan berwarna hijaun tua atau hijau ke kuning-kuningan, menempel dibatu karang.
12.  Neumeris, tumbuh menempel pada substrat pada karang mati di dasar laut hidup di daerah pasir di seluruh perairan Indonesia.
2.3.1     Habitat Cholorophyta
Alga hijau sebagian besar hidup di air tawar, beberapa diantaranya di air laut dan air payau. Alga hijau yang hidup dilaut tumbuh disepanjang perairan yang dangkal. Pada umumnya melekat pada batuan dan seringkali muncul apabila air menjadi surut. Sebagian yang hidup di air laut merupakan makroalga seperti Ulvales dan Sponale (Sulisetijono, 2009).
Pada beberapa nggota bangsa Zygnematales, Odogonium, Pithophora tumbuh di air mengapung atau melayang. sebagian besar dari bangsa volvocales, Chloroccales dan Desmidiaceae hidup di permukaan air sebagai plankton. Beberapa jenis tumbuh-tumbuhan melekat pada organisme lain baik tumbuhan atau hewan (Sulisetijono, 2009).
2.3.2     Reproduksi Cholorophyta
1.      Secara Vegetatif
Perkembangbiakan vegetative dilakukan dengan fragmentasi tubuhnya dan pembelahan sel.
2.      Secara Aseksual
Perkembangbiakan dengan cara membentuk sel khusus yang mampu berkembang menjadi individu baru tanpa terjadi peleburan sel kelamin. Pada umumnya terjadi dengan spora, oleh karena itu sering disebut perkembangbiakan secara sporik (Sulisetijono, 2009).
Zoospore dibentuk oleh sel vegetatif, tetapi beberapa tumbuhan terbentuk dalam sel khusus sporangia. zooszoosporeelah periode berenang beberapa waktu, berhenti pada substrat yang sesuai, umumnya dengan ujung anterior. Flagella dilepaskan dan terbentuk dinding, selama proses ini alga mensekresikan lender yang berperan untuk pertyahanan diri (Sulisetijono, 2009).
Selain dengan zoospore perkembangbiakan  perkembangbiakan secara seksual dilakukan dengan pembentukan (Sulisetijono, 2009) :
a.       Aplanospora
b.      Hipnospora
c.       Autospora
3.      Secara Seksual
Perkembangbiakan secara seksual banyak dijumpai yaitu isogamy, anisogamy, dan oogami. Isogamy merupakan perkembangbiakan secara seksual yang apling sederhan dan menuju kea rah anisogami. Pada tipe anisogami masing-masing jenis merupakan sel bebas dengan ukuran yang tidak sama, sedangkan yang lebih maju lagi yaitu tipe Oogami. Pada tipe Oogami, masing-masing gamet telah menunjukkan perbedaan ukuran maupun bentuknya (Sulisetijono, 2009).

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1  Waktu dan Tempat

Kuliah Kerja Lapangan (KKL) identifikasi makroalga dilaksanakan pada hari Sabtu dan Minggu, tanggal 11-12 Oktober 2014 bertempat di Pantai Kondang Merak yang terletak di Desa Srigonco, Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang.

3.2  Alat dan Bahan

3.2.1     Alat
Alat-alat yang digunakan pada KKL ini adalah sebagai berikut:
§  Penggaris
§  Kamera
§  Buku identifikasi
§  Plastic
§  Kertas label
3.2.2     Bahan
§  Sampel alga

3.3  Cara Kerja

Cara kerja dari KKL (Kuliah Kerja Lapangan) dalam identifikasi makroalga adalah sebagai berikut:

1.      Dicari alga yang termasuk dalam divisi Chlorophyta sebanyak 2 spesies
2.      Didokumentasikan setiap spesies dari alga yang telah ditemukan
3.      Diamati ciri morfologi dari masing-masing spesies
4.      Diidentifikasikan masing-masing dari spesies tersebut.


 

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Ulva lactuca

Gambar pengamatan
Gambar literatur

Description: C:\Users\ismi anni\Documents\Bluetooth Folder\ulfa fasciata.jpg



Description: I:\KKL kondang merak\SAM_2046.JPG
Romimuhtarto, 2001

Klasifikasi
Divisi : Chlorophyta
            Kelas : Chlorophyceae
                        Ordo : Ulvales
                                    Famili : Ulvaceae
                                                Genus : Ulva
                                                            Spesies : Ulva lactuca
                Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan di pantai kondang merak diperoleh hasil bahwa Ulva lactuca.  Ulva lactuca  mempunyai bentuk seperti selada yang bergerombol dan memiliki warna yang menarik jika di pandang yaitu warna hijau muda , Ulva lactuca   ini memiliki habitat di daerah pantai, yang menempel pada batuan. Tubuhnya berbentuk talus, talus yaitu suatu tumbuhan yang belum bisa diketahui secara jelas akar, batang dan daunnya.  Bentuk talus yang dimiliki oleh Ulva lactuca  ini yaitu lembaran atau helaian, dikarenakan  memiliki bentuk talus seperti lembaran atau helaian, talusnya mempunyai stuktur yang tipis seperti kertas serta licin,  tepian dari talusnya halus dan agak bergelombang,  selain itu spesies jenis ini juga memiliki tempat menempel pada batu karang atau substrat  sebagai tempat dia bertahan hidup , tempat mempel ini biasa disebut dengan holdfast, pada bagian holdfast ini biasanya talus pada Ulva  flactuca  ini mempunyai warna yang agak lebih gelap. Ulva lactuca  memiliki susunan tubuh berupa follaccus atau perlenlsmantis (filament yang pembelahan sel vegetativenya tejadi lebih dari satu bidang).
Ulva merupakan salah satu jenis alga yang dalam bahasa orang awam disebut sebagai "selada laut". Nama itu diberikan karena penampilannya yang sepintas memang mirip selada. Ulva sendiri sebenarnya merupakan nama salah satu genus alga anggota filum Chlorophyta (alga hijau). Ada 5 spesies yang termasuk dalam genus Ulva : Ulva pertusa,Ulva fasciata, Ulva rigida, Ulva linza, dan Ulva lactuca. Semua anggota genus Ulva memiliki ciri khusus berupa daun hijau dengan bentuk melebar mirip selada dan bagian mirip tangkai yang berfungsi sebagai tempat melekat ke substrat.
 Ulva lactuca merupakan tanaman makroalga dari devisio chlorophyta,Ulva lactuca hampir menyerupai tumbuhan tingkat tinggi, warnanya hijau, helaian dan tepi bergelombang, tipis seperti kertas. Susunan tubuhnya follacus atau perlenlsmantis (filament yang pembelahan sel vegetatifnya terjadi lebih dari satu bidang).
Menurut (Juneidi, 2004Ulva lactuca memiliki thallus tipis bentuk lembaran licin warna hijau tua tepi lembaran berombak. Thallus warna gelap pada bagian tertentu terutama dekat bagian pangkal karena ada sedikit. Tumbuh melekat pada substrat karang mati di daerah paparan terumbu karang di perairan dangkal dengan kedalaman 0,5 - 5 m dan dapat hidup pada perairan payau.
Ulva lactucaganggang hijau, adalah spesies dari genus Ulva. Ia menempel di batu. Ia berwarna hijau ke hijau gelap. Chlorophyta ini adalah alga berbentuk lembaran yang terdiri atas dua sel. Ulva, di antara ganggang hijau lainnya, sangat subur di area di mana ada banyak nutrisi tersedia (Aslan. 1991).
Menutut Sulisetjono (2009), Ulva lactuca bereprodulsi dengan cara vegetative, aseksual dan seksual. Perkembangan vegetative dilakukan sengan fragmentasi tbuhnya dan pembelahan sel. Perkembangan aseksual dengan cara membentuk sel khusus yang mampu brkembang menjadi induvidu baru tanpa terjadi peleburan sel kelamin. Pada umumnya terjadi denan spora oleh karena itu sering disebut dengan perkembangan sporik. secara seksual menurut Juneidi (2004) yaitu dengan cara menghasilkan spora. Prosesnya cukup unik karena Ulva menghasilkan tanaman haploid (berkromosom tunggal/n) dan diploid (berkromosom ganda/2n) secara bergantian. Tanaman dewasa dengan gen diploid memproduksi spora haploid melalui pembelahan meiosis. Spora tersebut selanjutnya akan tumbuh menjadi tanaman dewasa jantan & betina yg masing-masing haploid. Kedua tanaman yang berbeda kelamin tersebut pada masa reproduksinya akan melepas gamet haploid kelaut & dalam prosesnya, kedua gamet tersebut akan bergabung membentuk spora diploid. Spora diploid itu lalu menempel ke substrat yang keras dan tumbuh menjadi tanaman diploid untuk kemudian mengulangi proses di atas ketika mencapai kematangan seksual.

4.2 Caulerpa racemosa

Gambar Pengamatan
Gambar Literatur
Description: I:\sp8.JPG
Description: https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRutfNvlQDACQTqDrJY1eu8GR7DAMmdS7ixc-gPE8nriC6xHsWv9A
Romimuhtarto, 2001

Klasifikasi
Kingdom: Plantae
Division: Chlorophyta
Class: Bryopsidophyceae
Order: Bryopsidales
Family: Caulerpaceae
Genus: Caulerpa
Species:   Caulerpa  racemosa

            Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan. Spesies ini merupakan spesies dari kelas chlorophyceae. Dengan nama spesies Caulerpa racemosa. Dengan cirri-ciri berhabitat di zona subtidal bagian bawah, tumbuh menjalar di sela-sela batuan lamun dengan cara melekat pada substrat pasir/ pecahan batu karang,  karakteristik morfologi thalus lunak menyerupai tulang rawan, berwarna hijau muda,  Tumbuh di sela-sela batu karang,  thalus melekat pada substrat dengan holdfast serabut; thalus tumbuh menjalar panjang, diameter mencapai 0,5 mm,  talus tegak mencapai 15 cm menyerupai anggur/ silindris/ pipih, tersusun radial, alternate, pinnate/ tidak teratur pada talus tegak.
Caulerpa racemosa susunan tubuhnya tubular yaitu talus yang memiliki banyak inti tanpa sekat melintang.Diding selnya mengandung xylan atau mannan.Bentuknya seperti rambut atau filament.Caulerpa racemosa bisa menghasilkan asam alginate sebagai bahan dasar kosmetik (Sulisetjono, 2009).
Caulerpa racemosa termasuk ke dalam algae hijau (Chlorophyceae). Bentuk tubuh dari spesies ini adalah senositik. Alga jenis ini memiliki bentuk tubuh yang sangat spesifik karena menyerupai segerombolan buah anggur yang tumbuh pada tangkainya. Spesies mempunyai cabang utama yang berupa axis/stolon sehingga dimasukkan sebagai bangsa siphonales (stolon berbentuk seperti pipa). Holdfast yang terdapat menyebar di seluruh axis berfungsi untuk melekat pada substrat. Alga ini terdiri dari banyak spesies yang umumnya banyak dijumpai pada pantai yang memiliki rataan terumbu karang. Spesies ini tumbuh pada substrat karang mati, pasir yang berlumpur dan lumpur. Kebanyakan jenis ini tidak tahan terhadap kondisi kering, oleh karena itu tumbuh pada saat surut terendah yang masih tergenang air (Aslan, 1991).
Caulerpa remosa adalah salah satu rumput laut hijau yang tumbuh secara alami di perairan Indonesia. Caulerpa racemosa ditemukan tumbuh pada substrat koral atau pada substrat pasir-pecahan karang. Caulerpa racemosa bersifat edible atau dapat dikonsumsi oleh manusia. Di Indonesia Caulerpa racemosa telah dimanfaatkan sebagai sayuran segar atau lalap, namun konsumennya masih terbatas pada keluarga nelayan atau masyarakat pesisir


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan                                                             

Kesimpulan yang didapatkan dari hasil KKL (Kuliah Kerja Lapangan) adalah sebagai berikut:
1.      Ulva lactuca, spesies memiliki organisasi thalus parenkimatis dengan bentuk talus berupa lembaran-lembaran tipis, berwarna hijau, lembarannya menyerupai selada, hidup berkoloni, melekat pada substrat dengan bantuan holdfast. Tubuh dari spesies ini memiliki lapisan lilin sehingga apabila tekena panas akan mengkilap. Lapisan tersebut juga berfungsi untuk menghindari hilangnya cairan tubuh saat terkena panas yang terjadi pada waktu surut tiba. Ulva lactuca bereproduksi secara aseksual dengan oospora berflagel empat yang terbentuk pada sel-sel vegetatif, sedangkan secara seksual dengan peleburan sel-sel kelamin.
2.      Caulerpa racemosa, spesies ini memiliki organisasi thalus parenkimatis dengan bentuk talus bulat seperti anggur, berwarna hijau muda,  tumbuh di sela-sela batu karang,  thalus melekat pada substrat dengan holdfast serabut; thalus tumbuh menjalar panjang, diameter mencapai 0,5 mm,  talus tegak mencapai 15 cm menyerupai anggur/ silindris/ pipih, tersusun radial, alternate, pinnate/ tidak teratur pada talus tegak. Caulerpa racemosa bereproduksi secara seksual dan aseksual dengan oospore.

5.2 Saran

Disarankan kepada praktikan agar ketika melakukan pengambilan contoh spesies alga di Pantai Kondang Merak tidak terlalu banyak karena dapat merusak ekosistem pantai tersebut. Selain itu, disarankan pula agar praktikan lebih teliti ketika melakukan identifikasi spesies alga, karena banyak spesies alga yang bentuk atau kenampakan luar mirip tetapi merupakan spesies yang berbeda.


DAFTAR PUSTAKA


Aslan, L. M. 1991. Budidaya Rumput Laut. Yogyakarta: Kanisius
Bachtiar, e. 2007. Penelusuran Sumber Daya Hayati Laut (Alga) sebagai Biotarget Industry. Makalah. Jatinangor: UNPAD Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Juana, K.R.S. 2009. Biologi Laut: Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut. Jakarta: Djambatan
Junaedi, W. 2004. Rumput Laut, Jenis dan Morfologinya. Jakarta: departemen Pendidikan Nasional
Smith, B M. 1955. Cryptogamic Botany. Tokyo: Mc. Graw-Hill Book Company
Sulisetijono. 2000. Studi Eksplorasi Potensi dan Taksonomi Makroalga di Pantai Kondang Merak Kabupaten Malang. Malang: Lembaga Penelitian Universitas Negeri Malang
Sulitijono. 2009. Bahan Serahan Alga. Malang: UIN Malang
Tjitrosoepomo, Gembong. 1998. Taksonomi tumbuhan. Yogyakarta: UGM Press
Waryono, t. 2001. Biogeografi Alga Makro (Rumput Laut) di Kawasan Pesisir Indonesia. Kumpulan Makalah Periode 1987-2008
Yulianto, K. 1996. Keberadaan Fikokoloid Alginate dalam Makroalga Coklat. Lonawarta XIX (1). Ambon: Balitbang Sumberdaya Laut, Puslitbang Oseanologi LIPI