Pages

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Wednesday, May 25, 2016



Evolusi: Sebuah Teori, Bukan Sebuah Mitos,
Relevan dengan Ilmu Agama
Oleh
Meike Tiya Kusuma

            Bagaimana Pemahaman Teori Evolusi Selama Ini?
Bermula dari pertanyaan tersebut, dapat diketahui bahwa selama ini telah terjadi kesenjangan pemikiran dan pemahaman mengenai teori evolusi. Kebenarannya masih menjadi sebuah pembahasan yang belum menemukan sebuah titik temu. Berbagai perdebatan masih banyak terjadi di kalangan evolusionis (pendukung) ataupun kreasionisme (penentang), dua arus yang mendominasi terkait asal usul makhluk hidup. Bahkan dalam buku The Natural History Museum (2008) disebutkan bahwa dari awal kemunculan teori evolusi Darwin telah memunculkan polemik dari berbagai kalangan  naturalis  (ilmuwan), akademisi maupun agamawan. Sehingga tidak heran jika teori evolusi sampai saat ini pun masih menjadi topik yang menarik untuk dibahas. Selama ini banyak pendapat yang menyatakan bahwa evolusi dan agama itu bertentangan, tidak sejalan bahkan tidak dapat disatukan.

            Apa itu Evolusi?
Evolusi adalah suatu proses perubahan makhluk hidup secara bertahap dan membutuhkan waktu yang lama dari bentuk yang sederhana, menjadi bentuk yang lebih kompleks. Evolusi ini terjadi dari satu generasi ke generasi. Diperlukan waktu jutaan tahun agar perubahan tersebut nampak lebih jelas (Campbell, 2008). Evolusi ini berkaitan erat sekali dengan ilmu genetika karena pada dasarnya, gen yang merupakan sekuens DNA pengkode sifat tertentulah yang menjadi dasar adanya evolusi. Berbagai macam teori evolusi yang dicetuskan oleh berbagai tokoh, akan menjadi dasar pemikiran tentang evolusi selanjutnya. Menurut Luthfi (2005) dalam jurnalnya menyebutkan:
“Evolusi adalah konsep terpenting dalam biologi. Bahkan, seorang ahli genetika, Dobzhansky (1973), mengatakan bahwa tidak ada yang masuk akal dalam biologi kecuali ditinjau dari sudut pandang evolusi. Teori evolusi menjelaskan mengapa jutaan spesies dapat eksis. Prinsip ini mempersatukan keseluruhan sejarah kehidupan. Secara ringkas evolusi menyatakan bahwa keanekaragaman bentuk kehidupan muncul sebagai hasil perubahan susunan genetiknya. Organisme-organisme modern merupakan keturunan dari bentuk-bentuk kehidupan sebelumnya yang mengalami modifikasi. Studi evolusi biologi memerlukan banyak pemahaman mengenai genetika, biokimia, embriologi, biogeografi, geologi, biologi, paleontologi, biologi molekuler, dan lain sebagainya.”

Berdasarkan pendapat tersebut dapat diketahui bahwa teori evolusi merupakan konsep penting dalam ilmu biologi. Hal ini dikarenakan teori evolusi ini berhubungan erat dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam makhluk hidup, sehingga teori evolusi dapat dijadikan dasar untuk mengetahui perkembangan makhluk hidup. Teori evolusi ini juga berkaitan dengan banyak ilmu lain seperti embriologi, biologi molekuler, genetika, geologi dan lain-lain sepeti yang telah disebutkan sebelumnya.

Kontroversi Antara Teori Evolusi dan Agama
Selama ini evolusi dianggap bertentangan dengan ilmu agama terutama agama Islam yang berpedoman pada Al-Qur’an. Akan tetapi, dalam menyikapi teori evolusi tidak semua tokoh-tokoh Islam menolak dan mendukung teori evolusi sepenuhnya. Sebagaimana yang telah dijelaskan Arifien (2010) dalam bukunya bahwa setiap muslirn wajib mempercayai segala sesuatu yang terdapat di dalam Al-Qur'an. Namun demikian, tidak dapat memaksa orang lain untuk membenarkan atau menolak suatu teori ilmiah berdasar Al-Qur’an. Apabila hal ini dilakukan, konsekuensinya seseorang akan menerima atau menolak suatu teori ilmiah sebagai bagian dari suatu aqidah Al-Quran. Hal tersebut juga terjadi pada teori evolusi, dimana sebagian ilmuwan muslim mengingkari teori evolusi dengan beberapa ayat Al-Qur’an dan sebagian lagi membenarkan dengan ayat Al-Qur’an.
Para tokoh Islam mempunyai dasar sendiri yang dijadikan sebagai pedoman untuk mendukung argumentasinya. Sebagaimana contoh yang dikemukakan Khadafi (2008), tokoh Islam moderat diwakili oleh Abbas Mahmud Al-Aqqad yang menyatakan bahwa teori belum dapat dipastikan kebenarannya karena pendukung teori tersebut belum dapat menyebutkan satu binatang yang mengalami evolusi dari jenis yang satu ke jenis yang lain. Akan tetapi, teori evolusi juga dikatakan mutlak salah, sebab penciptaan manusia dari tanah tidak mengingkari terjadinya evolusi dari tanah bukan menjadi tanah.
Kontroversi yang terjadi pada umat Islam menurut Arifien (2010) sebenarnya adalah kontroversi dalam menafsirkan Al-Qur’an. Dalam menafsirkan Al-Qur’an sebagai kalamullah  yang memiliki aspek lahiriyah dan batiniyah sekaligus, maka kita harus mampu membebaskan diri dari dimensi waktu dan ruang. Sebagai konsekuensi dari hal tersebut, Al-Qur’an memiliki makna yang tidak satu. Tetapi, bagaimanapun beragamnya penafsiran Al-Qur’an yang disajikan, maka kita harus mampu menempatkan sifat-sifat Ilahiyah ke posisi yang paling tinggi dan universal. Oleh karena itu, penafsiran suatu ayat bisa ditempatkan pada berbagai skala ruang dan waktu. Sebagai contoh: apabila ayat bercerita tentang manusia, maka tafsiran manusia tersebut bisa individu, suatu kaum atau seluruh umat manusia.
Berdasar pendapat-pendapat yang telah dijelaskan tersebut, karena evolusi merupakan sebuah teori, maka kebenarannya pun harus diuji terlebih dahulu. Oleh karena itu, evolusi tidak salah bahwa muncul banyak pertanyaan, pendapat maupun perdebatan mengenai kebenaran teori tersebut, ada yang mendukung dan ada pula yang menolak. Hal ini dikarenakan teori-teori ilmiah yang ada tidak dapat dibenarkan atau disalahkan begitu saja berdasar ayat-ayat Al-Qur'an.

Lantas, Haruskah Evolusi Bertentangan dengan Agama?
Pertanyaan tersebut dapat dijawab dengan memahami teori evolusi dari berbagai sumber dan dengan pikiran terbuka serta mecari kebenarannya dari Al-Qur’an. Sebagaimana para tokoh-tokoh Islam yang mendukung teori evolusi, mereka membenarkan teori evolusi dengan berbagai dasar ayat-ayat yang ada dalam Al-Qur’an.
Ada beberapa ayat-ayat Al-Qur’an yang sesuai dengan teori evolusi yaitu:

“Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah? Padahal Dia sesungguhnya telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkat kejadian.” (Q.S. Nuh: 13-14).

Ayat tersebut digunakan sebagai dasar bagi tokoh Islam yang mendukung teori evolusi. Mereka menafsirkan fase-fase tersebut adalah sesuai dengan fase-fase yang diakui oleh penganut teori evolusi Darwin tentang proses kejadian manusia. Berdasarkan ayat tersbut telah disebutkan bahwa penciptaan manusia melalui beberapa tahap. Sehingga kembali pada pengertian awal bahwa evolusi yang menjelaskan mengenai perubahan-perubahan secara bertahap pada tubuh makhluk hidup yang berlangsung dari generasi ke generasi. Oleh karena itu, ayat tersebut telah sesuai dan dapat dijadikan dasar bagi teori evolusi.
Selain itu ada pula ayat lain:
“...Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi.” (Q.S. Ar Ra'd: 17).

Ayat tersebut digunakan sebagai penguat kebenaran teori "struggle for life" yang menjadi salah satu landasan teori Darwin yakni seleksi alam. Seleksi alam menjelaskan hubungan antara makhluk hidup dan kemampuan adaptasimya di alam, di mana spesies yang bertahan adalah spesies yang paling adaptif. Luthfi dan Khusnuryani (2005) menyatakan ada dua gagasan utama Darwin dalam bukunya On the Origin of Species. Pertama adalah spesies-spesies yang ada sekarang ini merupakan keturunan dari spesies moyangnya. Dalam edisi pertama bukunya, Darwin tidak menggunakan kata evolusi. Dia menyebutnya modifikasi keturunan (descent with modifcatioii). Gagasan utama yang kedua adalah seleksi alam sebagai mekanisme modifikasi keturunan. Ketika seorang ahli biologi mengatakan "teori evolusi Darwin" maksudnya adalah seleksi alam sebagai penyebab evolusi, bukan fenomena evolusi itu sendiri.Selain itu surat Al An'am ayat 133 juga dianggap mendukung teori evolusi.
“Dan Tuhanmu Maha Kaya lagi mempunyai rahmat. jika Dia menghendaki niscaya Dia memusnahkan kamu dan menggantimu dengan siapa yang dikehendaki-Nya setelah kamu (musnah), sebagaimana Dia telah menjadikan kamu dari keturunan orang-orang lain.” (Q.S. Al-An’am: 133)

Ayat tersebut telah menyebutkan “sebagaimana Dia telah menjadikan kamu dari keturunan orang-orang lain” menurut konsep evolusi adalah benar. Orang lain di sini maksudnya adalah orang tua dan para pendahulunya seperti kakek, nenek dan nenek moyangnya. Luthfi dan Khusnuryani (2005) menyatakan bahwa dari ayat tersebut ada yang memahaminya bahwa suatu spesies berasal dari spesies lain atau suatu makhluk yang ada berasal dari makhluk sebelumnya. Berdasarkan tafsiran tersebut dapat saja disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan antara konsep Al-Qur’an dengan konsep ilrnu pengetahuan tentang asal usul manusia. Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa ayat-ayat tersebut tidak dapat dipaksakan menjadi dasar pembenar teori Darwin, tetapi bukan berarri pula bahwa teori tersebut adalah salah menurut Al-Qur’an. Al-Qur'an tidak menjelaskan secara rinci apakah penciptaan makhluk hidup melalui proses evolusi atau penciptaan terpisah.
Mayr (1986) berpendapat bahwa evolusi adalah suatu teori bukanlah fakta yang tidak pasti atau fakta yang kurang sempurna. Tidak pula menggambarkan tingkat kepercayaan yang lebih rendah. Teori merupakan suatu gagasan sistematis yang dapat menjelaskan alasan suatu fakta dapat tetap eksis dan dipertahankan. Oleh karena itu, teori membantu dalam memahami bagaimana fakta tersebut terinterpretasi dan kaitannya dengan seluruh kehidupan, sehingga tidak berarti bahwa teori evolusi adalah sebuah mitos belaka. Akan tetapi evolusi merupakan sebuah teori yang mendorong pemahaman terhadap fakta yang ada.
Faktanya semua makhluk hidup baik manusia, tumbuhan maupun hewan tidak ada yang sama persis, semuanya berbeda. Hal ini dikarenakan setiap organisme memiliki kode genetik yang ada dalam lokus kromosom dan membawa sifat tertentu/spesifik yang susunannya berbeda-beda pada tiap organisme serta terdapat dalam lokus kromosom. Kejadian variasi makhluk hidup di alam ini disebabkan oleh adanya perbedaan susunan gen tiap individu yang dikenal dengan variasi genetik. Dari sinilah dapat diketahui bahwa adanya hubungan yang erat antara teori evolusi dan ilmu genetika.

Sebagaimana pendapat Arifien (2010) bahwa salah satu karakteristik evolusi adalah adanya perubahan secara terus menerus yang ada kaitannya dengan pewarisan sifat. Pewarisan dan perubahan dapat terjadi secara internal (dalam diri, genetic drift) atau secara eksternal (luar diri, seleksi alam-gene flow). Evolusi yang erat kaitannya dengan genetik terdapat pula dalam Al-Qur’an yang menjelaskan tentang DNA.
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu”. (Q.S. Fusshilat : 53)
Telah jelas bahwa tanda-tanda kekuasaan Allah yang ada pada diri manusia dan menjadi pembeda adalah DNA yang mana sekuens DNA yaitu gen berperan dalam pewarisan sifat yang diturunkan pada generasi selanjutnya. Proses pewarisan gen terhadap keturunannya dapat dijelaskan melalui evolusi. Sifat fenotipe yang mirip antara orang tua dan anak-anaknya merupakan contoh penerapan ilmu genetika yang prosesnya dijelaskan melalui teori evolusi. Ovum dan sperma masing-masing memiliki kromosom haploid (n). Saat terjadi fertilisasi, ovum (n) dan sperma (n) bergabung untuk membentuk zigot yang nantinya membentuk individu baru. Individu baru ini memiliki sifat diploid. Proses pembentukan individu dari zigot, fetus, bayi hingga dewasa itulah merupakan contoh proses evolusi dimana terjadi perubahan bentuk dari zigot hingga dewasa. Jika tidak terjadi perubahan inilah yang menimbulkan kewaspadaan karena diduga terjadi kelainan.
Proses tersebut tidak hanya terjadi pada manusia melainkan hewan dan tumbuhan pula. Tumbuhan juga mengalami proses yang sama di mana tumbuhan yang terbentuk dari proses penyatuan gamet betina dan jantan yang kemudian menjadi biji dan berkembang terus hingga menjadi tumbuhan dewasa yang telah lengkap. Proses ini telah sesuai dengan Al-Qur’an surat Nuh ayat 13-14 seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa “...sesungguhnya telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkat kejadian..” yang artinya proses terbentuknya makhluk hidup itu bertahap disertai perubahan. Oleh karena itu salah besar jika teori dianggap bertentangan dengan ilmu agama. Nah di sinilah sudah terjadi proses evolusi. Jadi, pertanyaan “Haruskah Evolusi Bertentangan dengan Agama?” Jawabannya adalah TIDAK, bahkan adanya relevansi antara teori evolus dan agama.



REFERENSI
Arifien, H. 2010. Bagaimana Sufisme Menjelaskan Evolusi Makhluk Hidup. Jakarta: Republika.
Campbell, N.A. 2008. Biologi Jilid II. Jakarta: Erlangga.
Khadafi, Mohammad. 2008.  Kritik  dan Pandangan Harun Yahya Terhadap Teori Evolusi Manusia (Evolusionisme). Yogyakarta: Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga.
Luthfi, M. J. dan A. Khusnuryani.  2005.  “Agama  dan Evolusi: Konflik  atau Kompromi”. Jurnal Kaunia. Vol. 1 No. 1.
Mayr, E. 1986. "Uncertainty in Science: Is The Giant Panda a Bear or a Racoon?" Nature. Vol 323, p. 769.
Shihab, M. Quraish. 2013. Wawasan Alquran: Tafsir Tematik atas Pelbagai Persoalan Umat. Bandung: Mizan.
The Natural History Museum. 2008. Timeline of Charles Darwin’s life. London.